SuaraKaltim.id - Sebuah penelitian menunjukkan hubungan yang menarik antara gejala virus corona Covid-19 dan kekebalan yang mungkin diperoleh pasien setelah masa pemulihan.
Beberapa orang memiliki risiko tertular virus corona Covid-19 lebih dari satu kali. Tapi, para ahli percaya bahwa tingkat antibodi yang Anda miliki dan kekebalan bawaan Anda menentukan risiko infeksi ulang.
Kekebalan yang terganggu juga berarti bahwa orang dengan penyakit penyerta tertentu lebih berisiko untuk jatuh sakit lagi.
Penelitian baru yang dilakukan oleh University of Wisconsin, juga menegaskan bahwa lintasan dan pola gejala juga bisa membantu mengidentifikasi seberapa besar seseorang berisiko mengalami infeksi ulang virus corona.
Studi itu menganalisis sampel darah dari 112 pasien yang pulih dari virus corona Covid-19 selama 5 minggu. Kemudian, hasil analisis ini dibandingkan dari sampel darah yang diambil setelah 3 bulan.
Temuan penelitian ini juga membuktikan sesuatu yang telah dibuktikan oleh penelitian sebelumnya. Laki-laki dan orang dengan kondisi parah akibat virus corona cenderung memiliki antibodi yang lebih tahan lama.
Pasien virus corona Covid-19 tanpa gejala dan lebih ringan mungkin memiliki jumlah antibodi yang berkurang lebih cepat dari biasanya.
Sementara dilansir dari Times of India, penelitian menambahkan bahwa studi yang lebih kredibel perlu dilakukan untuk menyimpulkan temuan mereka.
Temuan mereka adalah empat tanda umum seseorang yang memiliki kekebalan tahan lama dan risiko infeksi ulang virus corona Covid-19 lebih rendah dibandingkan orang lain.
Baca Juga: Positif Covid-19 Usai Mendapat Vaksin, Mengapa Bisa Terjadi?
1. Demam lebih dari seminggu
Demam ringan yang berkisar 38 derajat celcius yang dirawat akibat virus corona dan dikatakan membaik setelah 4-5 hari terinfeksi atau demam yang berlangsung lebih lama bisa menandakan kekebalan tubuh yang bertahan lama.
Meskipun demam juga merupakan respons alami tubuh terhadap peradangan, suhu tubuh tinggi yang bertahan lebih lama juga bisa berarti tubuh bekerja lembur untuk memproduksi lebih banyak antibodi.
Respons sistemik, seperti yang mendesak penting untuk meningkatkan respons terbaik dan juga bisa menjadi penyebab beberapa kasus virus corona lebih ringan dan memiliki lebih sedikit antibodi.
2. Kehilangan nafsu makan
Kehilangan nafsu makan biasa terjadi pada orang yang terinfeksi virus. Dalam kasus infeksi virus corona Covid-19, kehilangan nafsu makan dan kebiasaan makan yang menyimpang.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Kaltim Catat Inflasi Ringan, PPU Tertinggi Capai 2,47 Persen
 - 
            
              IKN Tetap Jalan, Purbaya: Jangan Percaya Prediksi Media Asing
 - 
            
              DKP Kaltim Pastikan Pasokan Ikan Melimpah untuk Program MBG
 - 
            
              Dibayar Uang Palsu Berkali-kali, Pedagang Pasar Loa Bakung Minta Polisi Bertindak
 - 
            
              Investor Jepang Bidik IKN, Pusat Pemerintahan Baru Indonesia yang Ramah Lingkungan