SuaraKaltim.id - Meski tak lagi muda, Ratna Juniarti (55) berhasil menemukan cabai varietas baru. Petani asal Kampung Wangsakerta, RT 03/05, Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) melakukan sejumlah eksperimen.
Bagaimana caranya? Ia melakukan kawin silang tiga spesies cabai. Yakni cabai besar atau (Capsicum annuum L) cabai rawit (Capsicum frustescens), dan cabai hias hitam atau atau Black hungarian papper yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuum longum.
Hasil dari persilangan tersebut kemudian ia budidayakan.
"Pertama-tama saya kawinkan dulu cabai rawit dengan cabai besar. Hasil tanaman ini saya namakan Bengek, kepanjangan dari cabai dan Cengek. Setelah tumbuh dan berbuah, saya lakukan persilangan lagi dengan cabai hitam," ungkap Ratna saat ditemui baru-baru ini.
Ratna menjelaskan, tanaman baru yang dikembangkannya melewati dua tahap persilangan (hybridization). Tahap pertama pertama, persilangan antara cabai rawit dengan cabai besar, menghasilkan Bengek.
Jenis buah cabai yang dihasilkan Bengek memiliki kulit seperti cabai rawit namun dengan bentuk agak panjang seperti cabai kriting. Dari sisi rasa Bengek lebih pedas dibanding cabai rawit.
"Dari segi bentuk buah, Bengek lebih mirip cabai besar tapi lebih panjang dan permukaan kulitnya mirip cabai rawit. Rasanya pun lebih pedas dari cabai rawit," ungkap Ratna.
Kemudian tahap kedua, Ratna melakukan persilangan antara Bengek dengan cabai hias hitam. Persilangan tersebut telah berhasil dan varietas baru itu kini telah berbuah.
Berbeda dengan hasil perkawinan pertama, Ratna belum memberi nama jenis tanaman baru itu. Jika dilihat dari bentuknya, cabai persilangan kedua itu memiliki buah lebih mirip cabai besar dengan ukuran lebih mungil. Perbedaan lain yang menonjol adalah warna hitam seperti cabai hias.
Baca Juga: Seorang Petani Diciduk Gegara Buat Konten Provokatif di Media Sosial
"Sedangkan buah dan daun lebih mirip cabai hias karena ada corak ungu dan hitam seperti nenek moyangnya," sebut Ratna.
Kedua jenis cabai yang dibudidayakan Ratna, dilakukan persilangan antara individu yang berbeda spesiesdengan cara memasukkan serbuk sari bunga cabai ke putik bunga cabai yang berbeda.
"Saya ambil serbuk sari bunga dari cabai berbeda lalu saya masukkan ke dalam putik bunga cabai yang lain. Kemudian mahkota bunga saya ikat menggunakan benang," jelas Ratna.
Meski sudah dianggap berhasil, namun Ratna belum melakukan penanaman secara masal.
Namun bukan tidak mungkin
"Ini bisa kita kembangkan agar banyak alternatif cabai. Sehingga tatkala permintaan besar harga tak terlalu mahal," tukasnya.
Berita Terkait
-
Seorang Petani Diciduk Gegara Buat Konten Provokatif di Media Sosial
-
Manfaat Irigasi Perpompaan, Petani Pandeglang Bisa Tanam Dua Kali
-
Hilang Sehari, Matias Bala Ditemukan Tewas di Sawah dengan Luka Bacokan
-
Akibat Krisis Ekonomi, Petani Lebanon Beralih Tanam Ganja
-
Petani Keluhkan Ini saat Jokowi Tinjau Panen Padi di Indramayu
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Para Gubernur Tolak Mentah-mentah Rencana Pemotongan TKD Menkeu Purbaya
-
Daftar Harga HP Xiaomi Terbaru Oktober 2025: Flagship Mewah hingga Murah Meriah
-
Kepala Daerah 'Gruduk' Kantor Menkeu Purbaya, Katanya Mau Protes
-
Silsilah Bodong Pemain Naturalisasi Malaysia Dibongkar FIFA! Ini Daftar Lengkapnya
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
Terkini
-
Jangan Ketinggalan! Berikut 5 Link Saldo ShopeePay Gratis Rp2,5 Juta Hari Ini
-
Kemendagri Dampingi Bangkalan Susun Perda Pajak dan Retribusi yang Lebih Adaptif
-
DPR Minta Pendirian Pesantren Wajib Sertifikat Laik Fungsi
-
Menkum Supratman Tegaskan Penyidik TNI Hanya Tangani Anggota Sendiri di RUU Keamanan Siber
-
Belajar dari Tragedi Al Khoziny, Ahmad Ali Serukan Solidaritas dan Pengawasan Ketat Bangunan