Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 15 Agustus 2021 | 12:01 WIB
Hilman yang sedang membenari dagangan bendera. [Suara.com/Apriskian Tauda Parulian]

SuaraKaltim.id - Seperti biasa, saat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia sudah dekat, akan ada penjual bendera yang berbondong-bondong menjajakkan dagangannya. Keberadaan mereka pun gampang untuk dicari, yah mereka biasanya menggelar bendera-bendera jualannya di pinggir jalan.

Dari Sang Merah Putih mereka mencari secercah rejeki untuk dibawa pulang ke kampung halaman. Seperti yang dilakukan Hilman.  Menjelang hari jadi Bumi Pertiwi, ia menjual bendera beserta umbul-umbul di Jalan Pahlawan, Samarinda.

Katanya, jualan seperti ini bersifat musiman, dan tidak dibarengi dengan keuntungan yang pesat. Bendera dan umbul - umbul yang dijualnya pun memiliki harga bervariasi.

Untuk bendera jumbo dibandrol dengan harga Rp 300 ribu. Lalu untuk bendera ukuran sedang dihargai Rp 25 ribu hingga Rp. 55 ribu.

Baca Juga: Album Checkmate ITZY Susul Catatan Manis BLACKPINK dan aespa

Ia mengaku, masa pandemi seperti sekarang membuat penghasilannya turun drastis. Terlebih aturan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang diperpanjang. Kerugian yang ia alami sampai 60 persen.

"Sepi sekali dimasa pandemi seperti ini. dari tanggal 20 Juli saya jualan, sampai sekarang bendera yang laku hanya beberapa saja, biasanya seminggu sebelum 17 Agustus, dagangan sudah habis semua," ungkapnya kepada Suarakaltim.id, Minggu (15/8/2021).

Ia berjualan dari pagi, hingga malam hari. Tujuannya tak lain, ingin mendapatkan keuntungan tambahan.

"Kadang laku, kadang gak ada yang laku, saya jualan sampai jam 9 Malam," sambungnya.

Ia mengaku, di 2019 lalu dirinya bisa mendapatkan keuntungan dalam penjualan bendera sebesar Rp 1,5 juta. Namun, di tahun ini, ia meprediksi dirinya hanya mendapatkan keuntungan paling besar hanya Rp 500 ribu.

Baca Juga: 7 Lomba 17 Agustus Online yang Unik di Tengah Pandemi

Kendati demikian, ia berharapa agar masa pandemi ini bisa segera teratasi. Hingga akhirnyaa perekonomian di Indonesia bisa segera pulih.

"Ya semoga lah bisa kembali normal lagi keadaan Indonesia. Gak kayak gini terus. Kasian kami yang hanya pedagang musiman seperti ini," harapnya.

Juan Wijaya, pria asal Bandung beradu nasib sebagai penjual bendera di Kukar. [Suara.com/Apriskian Tauda Parulian]

Hal senada disampaikan Juan Wijaya. Pria usia 29 tahun ini mengaku ada perubahan omzet pendapatan dimasa pandemi.

Pria asal Kota Bandung ini menyatakan sebelum Covid-19, dari awal Juli hingga 17 Agustus keuntungan yang didapatkan bisa Rp 100 juta.

"Sekarang susah, cuma bisa (dapat) untung Rp 20 jutaan, hampir 80 persen hilangnya," ujarnya.

Juan berjualan di Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar). Untuk harga juga beragam. Dari bendera dengan ukuran 1x80 meter dipasang tarif senilai Rp 120 ribu. Kemudian, 1x50 meter diberi harga Rp 65 ribu, 1x20 meter seharga Rp 40 ribu, dan ukuran 90 cm Rp 25 ribu.

Ia berjualan di Kukar sejak 2015. Tiap tahun menjadi hal yang pasti baginya untuk ke Kota Raja buat berjualan.

"Ini kan acara tiap tahun, jadi pasti saya kesini, selebiihnya saya cuma supir saja," lugasnya.

Tak hanya Hilman dan Juan, Imam juga memiliki cerita. Bersama Juan, ia memilih Kukar sebagai peraduannya.

Imam menjelaskan, pengiriman bendera dilakukan melalui ekspedisi ke Samarinda. Lalu setelahnya, diambil Imam kemudian dijualkan.

Untuk penyediaan bendera, ia menyiapkan 5 karung. Dengan masing-masing isi sebanyak 100 bendera untuk dijual.

"Musiman aja (jualan bendera), mau dapat untung atau gak, kita tetap pulang. Kalau saya ke Garut. Disini mah cuma sebulan cuma buat itu (berjualan)," lugasnya.

Sama seperti yang lain, harapan juga dimiliki Imam di 17 Agustus nanti. Ia ingin Indonesia bisa sembuh dari Covid-19.

"Sederhana aja, cuma itu," pungkasnya.

Kontributor: Apriskian Tauda Parulian

Load More