SuaraKaltim.id - Kain Ulap Doyo merupakan kain tenun tradisional yang berasal dan berkembang di Kalimantan Timur (Kaltim).
Kain ini dikenal dari masyarakat Dayak Benuaq yang mendiami daerah Tanjung lsuy di Benua Etam.
Lantas bagaimana sejarah dari kain Ulap Doyo?
Dikutip dari laman Kemendikbud RI, sejarah perkembangan tenun tradisional Kain Ulap Doyo ini diperkirakan baru berlangsung pada masa tentara Jepang masuk dan menguasai daerah tersebut.
Baca Juga: Kenakan Pakaian Adat Dayak saat Kunjungi Pontianak, Topi Verrell Bramasta Bikin Salfok Netizen
Bisa dibilang, kegiatan menenun yang dilakukan oleh masyarakat Dayak Benuaq di Desa Tanjung lsuy baru berlangsung sekitar abad ke-20.
Ulap doyo artinya adalah daun doyo, daun atau tanaman doyo memiliki serat daun yang kuat sehingga dapat digunakan sebagai benang dan ditenun menjadi kain oleh suku Dayak Benuaq.
Kain ini terkenal unik dan berkualitas bagus karena lebih alami. Hal ini berdasarkan produk kainnya yang bersifat eco-natural.
Adapun, proses pembuatan kaun ini tidak menggunakan bahan kimia.
Proses produksi kain ini masih menggunakan cara-cara yang alami, pengrajin tenun ini menenun dengan sistem gedogan, tidak menggunakan mesin.
Baca Juga: Tiba di Pontianak, Harisson PJ Gubernur Kalbar Disambut Tradisi Melayu dan Dayak
Alat Tenun
Alat yang dipakai untuk menyusun corak dalam bahasa Dayak Benuaq adalah Ngorak Utah.
Ngorak Utah sendiri yaitu dua buah tiang yang berdiri tegak lurus yang ditancapkan di balok kayu berukuran agak besar sehingga dapat berdiri dengan kokoh.
Kedua tiang kayu dalam bahasa Dayak Benuaq ini disebut teter dan untuk menjaga kestabilan teter harus dipasang alat bantu dari bambu yang dilubangi di kedua bagian ujungnya.
Alat ini dalam bahasa Dayak Benuaq disebut Pe/epuk.
Jadi jika Ngorak Utah sudah terpasang dengan baik barulah benang-benang Doyo disusun dengan rapi pada kedua tiang tersebut dan diikat diujungnya.
Adapun ukuran alat ini disesuaikan dengan benang yang disusun adalah seperempat dari panjang kain.
Berita Terkait
-
Gara-gara Ariel Tatum, Kain Songket dari Aceh Kebanjiran Pesanan
-
Intip Produk Unggulan Songket PaSH di BRI UMKM EXPO(RT) 2025
-
Mengenal Apa Itu Ritual Dolop Dayak Agabag, 'Pengadilan Sungai' Mencari Pelaku Pembunuhan
-
Intip Padu Padan Kebaya Selvi Ananda di Acara Kenegaraan: Koleksi Perhiasan Tuai Omongan
-
Momen Haru Valentino Jebret Kasih Kenang-kenangan untuk Shin Tae-yong: Ini Lambang Kehangatan Masyarakat Indonesia
Terpopuler
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Ragnar Oratmangoen Tak Nyaman: Saya Mau Kembali ke Belanda
- Bagaimana Nih? Alex Pastoor Cabut Sebulan Sebelum Laga Timnas Indonesia vs Australia dan Bahrain
Pilihan
-
Rusuh Persija vs Persib: Puluhan Orang Jadi Korban, 15 Jakmania, 22 Bobotoh
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
Terkini
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
ASN Kutim Pesta dan Saweran di Kantor, Warganet: Abis Cair dari Proyek?
-
Basuki Hadimuljono Soal Klub Malam di Nusantara: Belum Tentu Negatif
-
Sinyal Positif! NTP Kaltim Awal Tahun Menguat, Apa Penyebabnya?