SuaraKaltim.id - Burung endemik Pelanduk Kalimantan atau malacocincla perspicillata membuat kejutan. Bagaimana tidak, sempat hilang selama 172 tahun, kini kembali ditemukan.
Diungkapkan Kepala Balai Taman Nasional (TN) Sebangau Andi Muhammad Kadhafi mengungkapkan, Pelanduk Kalimantan ditemukan di Batulicin, Kalimantan Selatan (Kalsel).
“Lokasi penemuannya memang bukan di TN Sebangau Kalteng, tapi di Batulicin, Kalsel,” kata Andi, dilansir Kanalkalimantan.com—jaringan Suara.com—dari situs travelplusindonesia.
Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Teguh Willy Nugroho, dari TN Sebangau membantu mengidentifikasi burung tersebut.
Baca Juga:Dikira Sudah Punah, Burung Pelanduk Kalimantan Muncul Lagi
Bahkan, penemuan Pelanduk Kalimantan telah diulas jurnal ilmiah versi Bahasa Inggris, Teguh menjadi salah satu penulisnya.
Pelanduk Kalimantan, kata Teguh, pertama kali ditemukan M Suranto, penduduk sekitar lokasi penemuan, saat mencari hasil hutan.
“Ada satu ekor burung yang ditemukan. Kemudian dia foto dan dikomunikasikan kepada kami,” terangnya.
Setelah diidentifikasi, nama burungnya benar Pelanduk Kalimantan (Malacocincla perspicillata). Pelanduk dalam Bahasa Melayu tahi lalat tapi dalam Bahasa Indonesia bisa berarti kancil.
“Mungkin karena burung-burung kelompok ini suka mengendap-endap di semak-semak mirip pelanduk atau kancil, jadi dinamakan burung Pelanduk Kalimantan” ujar Teguh.
Baca Juga:Burung Pelanduk Kalimantan Ditemukan Setelah 172 Tahun Hilang
Dia juga menjelaskan, terkait mengapa burung tersebut baru ditemukan, setelah 172 tahun lamanya menghilang.
Pertama karena jumlah ilmuwan/pengamat burung di Indonesia yang masih sedikit. Kedua, daya jelajah mereka terbatas, dan ketiga akses ke sejumlah lokasinya sangat jauh dan sulit.
“Kemungkinan keempat, jumlah burung atau populasinya di alam sangat kecil atau sangat endemik di suatu tempat saja,” ungkapnya.
Bermula dari percakapan di grup WA Galeatus, M. Suranto dan Fauzan mengatakan telah menemukan buruh ‘aneh’ yang tak biasa mereka lihat, pada 7/10/2020 lalu.
“Dari situ berlanjut ke obrolan admin, kebetulan saya salah satu admin di Galeatus tersebut,” terang Teguh.
Sempat diasumsikan spesies baru, sebab, berdasarkan pengamatan Teguh, dari sisi fisik burung tersebut, pihaknya tidak menemukan spesies manapun yang cocok.