Scroll untuk membaca artikel
Yovanda Noni
Kamis, 29 Oktober 2020 | 09:24 WIB
Pembukaan Sekolah Calon Kepala Daerah PDIP gelombang dua secara virtual, Rabu (26/8/2020). [Suara.com/Stephanus Aranditio]

SuaraKaltim.id - Aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja di sejumlah daerah, juga digelar di Hari Sumpah Pemuda.

Tidak hanya mahasiswa, kalangan buruh juga ikut turun ke jalan, Rabu (28/10/2020).

Aksi tersebut, mendapat kritikan dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Menurutnya,  aksi protes yang kebanyakan dilakukan anak-anak muda itu bukan cerminan anak milenial yang bresprestasi.

Baca Juga: Demonstrasi Bakar Halte, Megawati: Aku Pikir Lucu Banget Indonesia Sekarang

Pengrusakan fasilitas umum, dan bentrok tiap aksi membuat Megawati geleng kepala. Terutama di Jakarta, Mega kehabisan kata-kata melihat halte-halte yang hangus dibakar.

“Kurang apa saya bilang pada mereka yang mau demo-demo, ngapain sih kamu demo-demo. Kalau tak cocok, pergi ke DPR. Di sana ada yang namanya rapat dengar pendapat. Itu terbuka bagi aspirasi," kata Megawati saat peresmian sejumlah kantor PDIP secara virtual dari kediamannya di Teuku Umar, Jakarta, Rabu.

Kecemasan itu membuat Mega mengelus dada. Dia Kembali mempertanyakan warga Indonesia yang dia anggap sudah di luar batas.

“Masya Allah, susah-susah bikin halte-halte Transjakarta, enak aja dibakar, emangnya duit lo? Ditangkap tak mau, gimana ya. Aku sih pikir lucu banget nih Republik Indonesia sekarang," sebutnya.

Suara Mega mengeras, dia lantas bertanya harga halte senilai Rp 3 miliar pada Mantan Gubernur Jakarta, Djarot Saiful Hidayat, Ketua DPP PDIP yang ada di sebelahnya.

Baca Juga: Terkait Penolakan UU Omnibus Law, Megawati: Ngapain Sih Kamu Demo-Demo?

“Mana mungkin lagi sekarang kalau mau dibenerin itu Rp 3 Miliar cukup? Coba bayangkan. Itu rakyat siapa ya? Itu yang namanya anak-anak muda, saya ngomong gini itu dalam Sumpah Pemuda loh," kata Megawati.

Diketahui, aksi demo tolak Undang-Undang Omnibus Law beberapa waktu terakhir ini berujung dengan kerusuhan dan perusakan. Di wilayah Jakarta misalnya, sejumlah halte bus Transjakarta dan pos polisi bahkan dibakar oleh massa.

“Zaman dulu kok bisa ya pemuda, karena tertekan, karena belum merdeka, dia sampai berani bikin sumpah. Ayo kalau kalian hari ini bisa bikin sumpah kayak begitu. Saya suka terkagum-kagum kok. Waduh pikirannya jaman dulu loh, sampai boleh bersatu bikin sumpah. Eh jaman penjajahan, mereka ditangkep lah. Nah sekarang ini sudah merdeka, dirusak sendiri. Gimana ya?" kata Mega.

Load More