Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 11 Januari 2021 | 13:40 WIB
Takmir, Al-Maliki menunaikan salat di Masjid Jami Al-Istikomah Jalan Kusuma Wardani, Pleburan, Kota Semarang. [Suara.com/Dafi Yusuf]

SuaraKaltim.id - Namanya terasa begitu istimewa Al-Maliki, mengingatkan kepada Imam Maliki bin Anash yang dikenal merintis Mazhab Maliki nan masyhur dan berkembang mulai dari Mesir, Tunisia, Maroko hingga Andalusia.

Namun, Al-Maliki yang satu ini mungkin tak semasyhur Imam Malik. Tetapi dia juga punya keistimewaan, lantaran ia bertugas menjadi Takmir Masjid Jami Al-Istikomah di Jalan Kusuma Wardani, Pleburan Kota Semarang, Jawa Tengah.

Pria bernama asli Ahmad Nur Kususma Yuda ini berbeda dari takmir masjid pada umumnya. Sepintas banyak orang akan berpendapat, dia bukan lah takmir, lantaran sekujur tubuhnya penuh dengan rajah atau tato hingga wajahnya.

Gambar tatonya pun bermacam-macam, mulai dari Bunda Maria, bunga hingga Dajjal yang ada di punggungnya. Meski demikian, Al-Maliki enggan menghapus tatonya. Dia ingin tatonya menjadi saksi, ketika di hari penghakiman kelak. 

Baca Juga: Tinggalkan Kehidupan Jahiliyah, Al Maliki Pria Bertato Jadi Hafiz Quran

"Saya tak ingin menghapus tato saya. Tato ini pernah ikut saat saya masih jahiliyah dan saya ingin mengajak tato saya ini menjadi saksi bahwa saya sudah hijrah ke arah yang lebih baik," jelasnya saat ditemui Suarajawatengah.id pada Senin (11/1/2021). 

Al-Maliki mengakui, kali pertama memiliki tato saat masih duduk di bangku SD. Kala itu, dia meminta gambar tato berupa air mata yang ada di kedua pipinya. Maknanya pun sederhana, agar tak cengeng ketika hidup di jalanan.

Setelah lulus SD, Al-Maliki menjalani hidupnya dengan penuh liku-liku. Jika dibandingkan, kehidupan Al-Maliki saat ini bak langit dan bumi. Dengan kehidupannya sekarang, dia mengaku lebih tenang dan gembira. 

Meski sekujur tubuhnya dipenuhi tato, sejak masih PAUD sudah berkali-kali masuk pondok pesantren di daerah Bogor, Klaten, Tangerang dan yang terakhir adalah Salatiga. 

Puncaknya saat di Salatiga, Al-Maliki mulai tak betah, hingga akhirnya beberapa kali dia terpaksa kabur dari pondok pesantren tersebut. Pun lantaran sering melanggar peraturan, akhirnya Al-Maliki dipulangkan ke rumah. 

Baca Juga: Meski Badan Dipenuhi Tato, Al-Maliki Tak Malu Jadi Takmir Masjid

Tak betah di rumah, dia memilih hidup di jalanan. Ketika hidup di jalanan, dia mulai terlibat aksi perkelahian, minuman keras hingga terpaksa berurusan dengan pihak kepolisian. 

"Iya pernah juga ditangkap oleh polisi. Tak terhitung berapa kali saya ikut perkelahian," ucapnya. 

Hingga tiba di suatu peristiwa yang takkan pernah dilupakannya. Ketika seorang temannya ditemukan meninggal dimutilasi oleh orang tak dikenal di Tangerang beberapa tahun lalu. Dari situ, Al-Maliki mulai dapat hidayah untuk bertaubat. 

"Iya itu kejadian yang tak pernah terlupakan," katanya. 

Meski mengalami manis pahitnya hidup di jalanan, Al-Maliki tak ingin melupakan masa-masa jahiliyah-nya. Dia memilih untuk mengambil pelajaran semua hal yang pernah dia lakukan ketika hidup di jalanan. 

"Saya akan jadikan pelajaran kehidupan jahiliyah saya," ujarnya. 

Al-Maliki saat ditemui di Masjid Jami Al-Istikomah (suara.com/Dafi Yusuf)

Saat ini, dia sibuk menjadi takmir masjid dan menghafal Alquran. Selain itu, beberapa kali, Al-Maliki juga sering diundang untuk ceramah di beberapa tempat.

Setelah hijrah, hanya dua hal yang ingin dia lakukan. Pertama, dia ingin bertemu dengan ibunya. Sejak dia lahir, Al-Maliki tak pernah bertemu dengan ibunya. Bahkan, dia juga sudah lupa dengan wajah ibunya. 

"Katanya ibu saya ada di Kalimantan, saya dari kecil tak pernah lihat ibu saya. Saya ingin melihatnya," harapnya. 

Kedua, dia ingin istikomah menempuh jalan hijrah ke arah yang lebih baik. Tahun depan, dia ingin berdakwah di beberapa tempat di luar Jawa. Dia mengaku sudah ada rencana daerah-daerah yang akan dikunjungi tahun depan. 

"Saya ingin dakwah di luar Jawa. Sudah ada rencana," ujarnya. 

Load More