Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 03 Juli 2021 | 06:30 WIB
Proses produksi peti mati di Km 15 Balikpapan Utara. (Dokumentasi Yayasan Kasimo)

SuaraKaltim.id - Dalam hitungan beberapa waktu belakang, permintaan peti mati di Kota Balikpapan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Seorang pembuat peti mati, Andri mengemukakan, saat ini menyiapkan 50 peti agar sewaktu-waktu jika ada permintaan langsung tersedia.

Dikatakannya, pihaknya sengaja membuat lebih banyak karena saat permintaan sedang tinggi-tingginya, kerap dikejar waktu pengerjaan. Dikatakannya, dalam sehari saat permintaan meningkat bisa menerima pesanan hingga 12 peti.

"Kami bisa produksi hingga 20 peti per hari. Tapi saat itu ada permintaan 12 peti sekaligus karena ada 12 orang yang meninggal dunia," katanya yang juga Ketua Yayasan Kasimo Balikpapan kepada Presisi.co-jaringan Suara.com pada Jumat (2/7/2021).

Baca Juga: Warga Rampas Jenazah Covid-19 di Sulsel, Peti Mati Dilemparkan ke Petugas

Diakuinya, permintaan saat ini kembali tinggi, padahal sebelumnya permintaan tidak seperti saat ini yang beriringan dengan meningkatnya kasus Covid-19 di Balikpapan.

Dia mengemukakan, peti tersebut diproduksi di workshop miliknya yang berada di Km 15 Balikpapan Utara.

Pesanan yang paling banyak dikerjakannya saat ini kebanyakan berasal dari rumah sakit, seperti RSUD Beriman, RSUD Kanujoso Djatiwibowo dan RS Pertamina Balikpapan. Dalam sekali pemesanan, biasanya rumah sakit yang menjadi rujukan pasien Covid-19 di Balikpapan tersebut meminta peti cadangan setidaknya lima peti.

Hal tersebut biasanya untuk mengantisipasi bila ada pasien yang meninggal di waktu-waktu tertentu.

Pun selama ini dia selalu membuat peti berdasarkan koordinasi dengan Satgas Covid-19 setempat.

Baca Juga: Dilema Pengrajin Peti Mati di Masa Pandemi: Harus Bahagia atau Berduka?

"Walau yang meninggal karyawan swasta, tetap ditangani oleh Satgas Covid-19," ujarnya.

Pesanan peti tak diakuinya tak hanya datang dari dalam kota, tetapi dari luar kota seperti Bontang. Bahkan saat peti jenazah di Bontang sedang habis, mereka membelinya dari Yayasan Kasimo.

"Mereka pesan 10 peti," terangnya.

Untuk kualitas peti yang dibuatnya, Andri tetap menggunakan bahan yang layak seperti peti pada umumnya, yakni triplek yang dicat serta dilengkapi plastik pembungkus.

Sementara untuk harga satuan peti dewasa dibanderol seharga Rp 1,7 juta, sedangkan untuk anak-anak Rp 1,3 juta.

"Itu anggaran dari Kemenkes. Kami sesuaikan juga, yang penting layak. Kalau kami gunakan tenaga tukang Balikpapan enggak menutup (keuntungan)," katanya.

Load More