Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Jum'at, 23 Juli 2021 | 17:06 WIB
Ikan asin salah komoditi potensial di Kukar yang bisa diekspor. [kaltimtoday]

SuaraKaltim.id - Kutai Kartanegara (Kukar) memang kaya. Kaya budaya, adat, dan siapa sangka potensi ekspornya juga. Peluang ini terlihat jika kita menengok pada bahan baku yang dimiliki Kota Raja.

Bahan baku itu seperti udang beku, minyak jelantah, lidi nipah, lada, karet, serta komoditi lainnya. Beberapa bahkan sudah diekspor. Tujuannya ke Spanyol, Belanda, Jepang dan Pakistan.

Namun sangat disayangkan, semua komoditi tersebut tak tercatat atas nama Kukar. Melainkan atas nama Samarinda dan Balikpapan.

“Komoditi berasal dari Kukar tapi, tercatat dalam lembaran catatan ekspor di bea cukai itu nama Samarinda dan Balikpapan,” kata Kabid Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kukar, Sayid Fhatullah, yang dikutip dari kaltimtoday-Jaringan Suara.com, Jumat (23/07/2021)

Baca Juga: Sejak Mei 2020, Ekspor Impor Indonesia Surplus selama 14 Bulan Berturut-turut

Alasannya karena Surat Keterangan Asal (SKA) rata-rata dari Samarinda dan Balikpapan. Agar bisa diatasnamakan  Kota Raja, maka salah satu syaratnya Kukar harus memiliki pelabuhan laut terlebih dahulu. Sehingga dalam lembaran catatan ekspor komoditi bisa dengan nama Kukar.

Di samping itu juga, tidak bisa mendapatkan hasil pajak dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Lantaran, pajak kegiatan ekspor komoditi secara otomatis masuk ke Samarinda dan Balikpapan.

“Kan SKA dari Samarinda dan Balikpapan, ya mereka yang dapat hasilnya. Kita tidak,” tutur Fhatul.

Ia menambahkan, biasanya pihak pengekspor langsung mendatangi pihak desa serta pelaku usaha, yang memproduksi bahan baku.

Walaupun terkesan seperti "tersembunyi", optimistis tetap ada. Sebab, kegiatan ekspor tak semua harus ke luar negeri,antar daerah juga bisa dilakoni.

Baca Juga: BPS: Ekspor Pertanian Naik Sebesar 33,04% pada Juni 2021

Seperti di Kecamatan Muara Wis yang mengirimkan ribuan kilogram ikan asin per minggu dengan tujuan ke Surabaya dan Jakarta. Katanya pula, hal itu sudah terjalin sejak lama.

“Kegiatan ini antar pelaku usaha dengan pihak distributor, jadi itu antar pelaku usaha saja,” pungkasnya.

Berikut data dari Disperindag Kukar berkaitan dengan 18 Kecamatan yang memiliki komoditi untuk diekspor:

1. Tenggarong: Karet, kelapa sawit, industri olahan bawang tiwai, industri olahan teh serai etam.
2. Tenggarong Seberang: Karet dan kerajinan kayu ulin.
3. Sebulu: Ikan, buah naga, porang, karet, plywood.
4. Muara Kaman: Ikan, ikan kering dan salai
5. Loa Kulu: Ikan, kelapa sawit, karet, kelapa dalam, kakao, kopi, aren, dan kemiri.
6. Loa Janan: Ikan, lada putih biji, lada hitam biji, lada putih bubuk, plywood.
7. Samboja: Perikanan, kelapa sawit, udang, kepiting, rumput laut, buah nanas, buah naga, karet, lada

8. Muara Jawa: Ikan, kelapa muda, rumput laut, udang, kepiting, karet, lidi daun nipah (sapu lidi).
9. Sanga-sanga: Produksi ikan, gelembung ikan gulama, gula gait.
10. Anggana: Produksi ikan, udang, kepiting, rumput laut, galangan kapal.
11. Muara Badak: Produksi ikan, rumput laut, udang windu, kepiting, ikan pari.
12. Marangkayu: Ikan, karet, kelapa, rumput laut, udang, kepiting.
13. Kota Bangun: Perikanan, ikan betutu, ikan asin dan kedemba.

14. Muara Muntai: Ikan, ikan betutu, ikan asin, kerupuk ikan, kedemba, karet.
15. Muara Wis: Ikan asin, kedemba, kerupuk ikan, ikan betutu dan ikan salai.
16. Kenohan: Ikan, ikan asin toman, gabus, kedemba, ikan betutu, aren atau gula semut.
17. Kembang Janggut: produksi ikan, ikan asin tomas dan gabus.
18. Tabang: Ikan dan kedemba.

Load More