SuaraKaltim.id - Kesehatan mental tenaga kesehatan (Nakes) wajib mendapat perhatian serius. Khususnya saat di tengah kasus meningkatnya jumlah pasien Covid-19 yang mendapat perawatan.
Menurut psikolog dari Universitas Indonesia, Yudiana Ratnasari, penanganan pandemi Covid-19 tidak akan maksimal, jika kesehatan mental nakes terganggu.
"Tanpa kesehatan mental yang baik susah bagi nakes berkontribusi secara maksimal. Penting untuk menjaga semangat mereka agar tetap siap fisik dan mental," ujar dalam media briefing bertema "Bergandeng Tangan, Menyelamatkan Nyawa: Cegah Sistem Kesehatan Kolaps, Perkuat Puskesmas" dipantau via daring di Jakarta, Rabu (4/8/2021).
Dia mengatakan nakes yang terjun langsung menangani pasien Covid-19, tak hanya khawatir terhadap kondisinya, tetapi juga khawatir membawa atau menularkan virus pada keluarganya, maupun lingkungannya.
Baca Juga: Menkes : Vaksinasi Dosis Ketiga Moderna Hanya untuk Tenaga Kesehatan
Menurut dia, tekanan fisik dapat muncul karena banyaknya jumlah pasien yang harus ditangani.
Dia menambahkan, gejala psikologis juga dapat muncul dalam bentuk rasa takut terhadap penularan yang menimbulkan kecemasan.
Dia mengharapkan, pihak keluarga nakes dan lingkungannya tetap dapat memberikan semangat, untuk menjaga fisik dan mentalnya tetap baik.
"Itu merupakan recharge energi yang luar biasa tenaga kesehatan," ucapnya.
Dia pun mengapresiasikan sejumlah pihak, yang memberikan layanan konseling bagi nakes agar mentalnya tetap terjaga dengan baik dalam menghadapi pandemi.
Baca Juga: Insentif Tenaga Kesehatan di Bogor Hanya Dibayar Setengah, Kok Bisa?
Sebelumnya, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) menyiapkan tim psikolog untuk pasien Covid-19, keluarga, masyarakat hingga nakes yang berpotensi mengalami gangguan psikologis selama pandemi Covid-19.
Kepala Unit Konsultasi Psikologi (UKP) Fakultas Psikologi UGM, Edilburga Wulan Saptandari mengatakan tim yang disiapkan terdiri dari para mahasiswa magister psikologi maupun psikolog dari UGM dan rekanan.
"Kami memiliki 55 psikolog internal dan nanti bisa melibatkan psikolog rekanan jika diperlukan," kata dia.
Menurut dia, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan bisa mengakibatkan gangguan psikologis, baik bagi pasien, keluarga, masyarakat hingga tenaga kesehatan sehingga memerlukan penanganan.
Berita Terkait
-
Sebut WHO Rancang Pandemi Baru, Epidemiolog UI Tepis Ucapan Dharma Pongrekun: Itu Omong Kosong
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
-
Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
Terpopuler
- Profil dan Agama Medina Dina, Akan Pindah Agama Demi Nikahi Gading Marteen?
- Ngaku SMA di Singapura, Cuitan Lawas Chilli Pari Sebut Gibran Cuma SMA di Solo: Itulah Fufufafa..
- Baim Wong Terluka Hatinya, Olla Ramlan Maju Senggol Paula Verhoeven: Ego Laki Jangan Disentil Terus
- Rumah Baru Sarwendah Tersambar Petir
- Beda Kekayaan AKP Dadang Iskandar vs AKP Ryanto Ulil di Kasus Polisi Tembak Polisi
Pilihan
-
Pemetaan TPS Rawan di Kaltim: 516 Lokasi Terkendala Internet
-
Siapa SS? Anggota DPR RI yang Dilaporkan Tim Hukum Isran-Hadi Terkait Politik Uang di Kaltim
-
Proyek IKN Dorong Investasi Kaltim Capai Rp 55,82 Triliun Hingga Triwulan III
-
Tim Hukum Isran-Hadi Ungkap Bukti Dugaan Politik Uang oleh Anggota DPR RI Berinisial SS
-
5 Rekomendasi HP Murah Mirip iPhone Terbaru November 2024, Harga Cuma Rp 1 Jutaan
Terkini
-
Pemetaan TPS Rawan di Kaltim: 516 Lokasi Terkendala Internet
-
Siapa SS? Anggota DPR RI yang Dilaporkan Tim Hukum Isran-Hadi Terkait Politik Uang di Kaltim
-
Proyek IKN Dorong Investasi Kaltim Capai Rp 55,82 Triliun Hingga Triwulan III
-
Tim Hukum Isran-Hadi Ungkap Bukti Dugaan Politik Uang oleh Anggota DPR RI Berinisial SS
-
Prediksi BMKG: Pasang Laut Kaltim Capai 2,7 Meter, Berikut Dampaknya