SuaraKaltim.id - Negeri Sakura, merupakan negara dengan tingkat tekanan hidup tertinggi. Tak hanya itu, Jepang juga salah satu negara dengan kasus bunuh diri tertinggi di dunia.
Ironinya, tak hanya di kalangan dewasa, kasus tersebut juga terjadi di kalangan anak dan remaja. Dari laporan terbaru Kementerian Pendidikan Jepang, mereka menyebut kasus bunuh diri anak di Jepang mencapai rekor tertinggi saat Covid-19 terjadi di negara dengan luas 377.975 km² itu.
Menyadur dari Suara.com, menurut survei yang dilakukan Kementerian Pendidikan Jepang, ada 415 anak dari usia sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA) yang tercatat bunuh diri.
Kasus-kasus bunuh diri anak usia sekolah yang terjadi saat pandemi Covid-19 itu mendorong penutupan sekolah-sekolah dan mengganggu kegiatan belajar di ruang kelas pada 2020.
Baca Juga: Cegah Depresi dan Kecemasan karena Pandemi Covid-19, Dokter Anjurkan Olahraga Rutin
Jumlah kasus bunuh diri anak itu naik hampir 100 kasus dibandingkan dengan tahun lalu (2019), yang merupakan angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 1974, seperti diberitakan surat kabar Asahi pada Kamis.
Aksi bunuh diri memiliki sejarah panjang di Jepang sebagai suatu cara untuk menghindari rasa malu atau aib. Jepang telah lama menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di antara negara-negara Kelompok Tujuh (G7).
Namun, suatu upaya nasional telah menurunkan angka bunuh diri sekitar 40 persen selama 15 tahun, termasuk penurunan kasus selama 10 tahun berturut-turut mulai dari 2009.
Akan tetapi, di tengah pandemi, kasus bunuh diri meningkat pada 2020 setelah satu dekade menurun. Dan tercatat bahwa jumlah wanita yang melakukan bunuh diri melonjak di tengah tekanan emosional dan finansial yang disebabkan oleh pandemi virus corona.
Selama pandemi ini, jumlah pria yang melakukan bunuh diri lebih sedikit dibandingkan wanita.
Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 14 Oktober: Positif 113, Sembuh 97, Meninggal 0
Dari sumber yang sama pula, Kementerian Pendidikan Jepang menyebutkan rekor tertinggi lebih dari 196.127 anak sekolah tidak masuk selama 30 hari atau lebih, menurut laporan media lokal negara itu.
Hasil survei menunjukkan bahwa perubahan di lingkungan sekolah dan rumah akibat pandemi Covid-19 berdampak besar pada perilaku anak-anak, kata seorang pejabat kementerian pendidikan Jepang seperti dikutip media NHK.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah Desain Timeless: Enak Dilihat Sepanjang Waktu, Mulai Rp 30 Jutaan
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Mesin Diesel Harga di Bawah Rp100 Juta
- Selamat Tinggal Mees Hilgers, Penggantinya Teman Dean James
- 5 Alasan Honda Supra X 125 Old Masih Diminati, Lengkap dengan Harga Bekas Terbaru Juni 2025
Pilihan
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
Terkini
-
Tak Dipecat, Honorer Bontang Beralih Jadi PPPK Paruh Waktu
-
Gratispol Digeber, Pemprov Kaltim Gratiskan UKT 33 Ribu Mahasiswa Baru
-
Wujudkan Desa Mandiri di Kawasan IKN, Pemkab PPU Beri Bimtek ke BPD
-
Covid-19 Datang Lagi? Kaltim Siapkan Rumah Sakit dan Puskesmas
-
Kaltim Peringkat Kedua Digitalisasi Transaksi Pemerintah, Ini Arahan Wagub Seno