SuaraKaltim.id - Tinjauan terkait uji coba vaksin booster Johnson & Johnson (J&J) dinilai terlalu cepat dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA). Buntut dari itu, beberapa anggota komite penasihat utama mengkritik lembaga tersebut.
Para komite penasihat juga mempertanyakan tentang kurangnya data tervalidasi yang disuguhkan di hadapan panel pada Jumat (15/10/2021) lalu.
Hal itu terdengar sebelum panelis ahli dari luar memberikan keputusan bulat pada rekomendasi vaksin tersebut sebagai vaksin boostir untuk orang 18 tahun ke atas, yang sudah menerima dosis pertama dari vaksin itu.
Melansir dari Suara.com, iketahui perusahaan J&J sudah menyerahkan data yang dibutuhkan agar lolos perizinan sebagai vaksin booster kepada FDA, sepuluh hari sebelum pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait (VRBPAC) kemarin.
Baca Juga: Risiko Peradangan Jantung Langka Bikin Ahli Ragu dengan Vaksin Booster mRNA
"Apakah ada pilihan untuk mengatakan ini sedikit lebih awal? Ada sejumlah masalah yang belum terselesaikan," kata anggota komite Dr. Cody Meissner, bertanya kepada pejabat FDA, dikutip dari sumber yang sama, Senin (18/10/2021).
Ia melanjutkan, ada banyak ketidakpastian yang terjadi saat ini. Sehingga akan sulit untuk memilih atau menentang hal tersebut pada waktu itu.
Sementara itu, petugas medis FDA Dr. Timothy Brennan mengatakan bahwa salah satu uji coba yang memeriksa efek samping vaksin booster J&J hanya melibatkan 17 peserta berusia 18 hingga 55 tahun.
J&J melaporkan efek samping yang tercatat adalah 47% dari 17 peserta melaporkan sakit kepala, sementara 26% mengaku kelelahan dan 21% mengalami nyeri otot setelah mendapatkan booster. Tetapi, Brennan mengatakan bahwa ada data dari laporan J&J yang belum dikonfirmasi.
"Yang membingungkan saya adalah, dalam dokumen pengarahan dan dalam presentasi mereka hari ini, mereka berbicara berulang kali tentang data yang tidak diverifikasi oleh FDA. Dan pertanyaan yang saya miliki adalah (apa) alasan mambawa data ini ke VRBPAC tanpa dapat memverifikasi data," tutur Brennan.
Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Pilot Pesawat Maskapai Delta Meninggal setelah Divaksin?
Sementara ketua panitia Dr. Arnold Monto menjelaskan bahwa efektivitas dosis pertama vaksin Johnson & Johnson dibandingkan dengan vaksin mRNA, berperan dalam kecepatan peninjauan.
Berita Terkait
-
Seorang Dokter di Inggris Coba Bunuh Pasangan Ibunya dengan Vaksin COVID-19 Palsu!
-
Pesta Seks Selama Pandemi dan Kebohongan Vaksin Covid-19, Dokter di New York Terancam Penjara!
-
Kemenkes Bantah Adanya Detoksifikasi Vaksin Covid-19, Definisinya Beda Jauh
-
Pakar Minta Ada Kajian Lebih Dalam Terkait Efek Vaksin Covid-19 AstraZeneca
-
Vaksin Covid-19 AstraZeneca Ditarik dari Peredaran di Seluruh Dunia
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
Terkini
-
Dampak IKN, Babulu Diusulkan Punya Rumah Sakit Sendiri
-
Cuma Janji, Gaji Tak Dibayar, Karyawan RSHD Samarinda Mengadu ke Disnaker
-
650 Warga Kaltim Terdampak Dugaan BBM Tercemar, Pemprov Turun Tangan
-
Link DANA Kaget Aktif 17 April 2025: Siap-Siap Dapat Saldo Gratis
-
Maruarar Panggil AHY dan Basuki, Bahas Nasib Tower Hunian IKN