Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Kamis, 30 Juni 2022 | 12:46 WIB
KPPU Balikpapan saat tinjau harga daging ayam di Pasar Klandasan. [Inibalikpapan.com]

SuaraKaltim.id - Harga sejumlah kebutuhan di pasar trasional Kota Balikpapan masih sangat tinggi. Di antaranya cabai maupun daging ayam.

Berdasarkan pantauan Kantor Wilayah (Kanwil) VI KPPU Balikpapan di Pasar Klandasan, harga cabai rawit mencapai  Rp 90 ribu hingga Rp 120 ribu per kilogram (kg) pada Selasa (28/6/2022) lalu.

Melansir dari Inibalikpapan.com--Jaringan Suara.com, Kamis (30/6/2022), penyebabnya, karena cuaca buruk yang menyebabkan beberapa petani gagal panen. Di samping itu, tingginya permintaan. Khususnya dari Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang menjadi pemasok utama di Kaltim.

Sementara, harga daging ayam terlihat mulai turun. Dari sebelumnya Rp 65 ribu per ekor atau seberat 1,1 kg pekan kemarin, saat ini menjadi  Rp 60 ribu per ekor atau seberat 1,8 kg.

Baca Juga: Pengusaha Kuliner Pedas di Samarinda Harus Putar Otak Karena Harga Cabai Mahal

Untuk mencari tahu penyebabnya, KPPU Balikpapan kemudian memanggil Perusahaan Inti Kemitraan Peternakan serta Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Provinsi Kaltim.

Informasi awal, penyebab distribusi day old chick (DOC) perusahaan pembibitan pada 20 April–10 Mei 2022 tidak masuk ke peternak. Sehingga berdampak pada produksi ayam yang berkurang.

Kondisi ini berdampak pada harga daging ayam di tingkat konsumen yang lebih tinggi dari biasanya. Perusahaan Inti lainnya menyampaikan, informasi kenaikan harga ayam lebih disebabkan faktor cuaca dan kualitas air yang kurang baik.

Maka, pengembangbiakan ayam tidak maksimal. Terutama terjadi pada bulan April–Juni.

Di samping itu, sistem kandang pada peternak mitra perlu dirubah. Dari sistem kandang open house menjadi close house. Tujuannya, untuk meningkatkan keberhasilan dalam pertumbuhan berat badan ayam potong.

Baca Juga: Duh, Harga Daging Ayam Naik Jadi Rp 40 Ribu Per Kilogram, Ini Pemicunya

Seperti yang dilakukan oleh peternak di Pulau Jawa yang sudah menerapkan sistem kandang close house mencapai 70-80% dari populasi peternak. Sedangkan di Kaltim hanya berkisar 5 -10 % dari pepolasi peternak yang ada.

DPKH Provinsi Kaltim menyampaikan, kemungkinan kenaikan harga ayam dikarenakan ada switching konsumsi konsumen. Dari daging sapi ke daging ayam. Dikarenakan adanya wabah Penyakit Mulut Kuku (PMK) dan faktor Peternak tidak menerima supply DOC, saat libur lebaran.

KPPU Balikpapan masih akan memanggil para pihak terkait lainnya. Seperti produsen, pengelola parent stock dan DOC, hingga peternak besar. Ini dilakukan untuk segera mengetahui penyebab harga daging ayam yang cenderung naik dalam 4 minggu belakangan ini.

KPPU Balikpapan juga akan terus memantau fenomena kenaikan komoditas ini. Khususnya, menyangkut  jalur distribusi dari produsen sampai ke konsumen. Masyarakat juga diminta melaporkan jika ditemuan kecurigaan.

KPPU tidak akan ragu untuk melakukan pencegahan apabila terdapat pihak yang terbukti melakukan pelanggaran. Sebagian kenaikan harga bisa karena faktor legal, bisa juga tidak legal.

Sedangkan pantauan terkait harga minyak goreng curah dan kemasan, yakni untuk minyak goreng curah distributor pertama  Rp 230 ribu per 18 liter atau Rp 12.800 per liter. Distributor kedua Rp 260 ribu per 18 liter atau Rp 14.500 per liter.

Adapun minyak goreng kemasan di beberapa retail modern dengan harga jual Rp 46 ribu hingga Rp 58 ribu per 2 liter.

KPPU juga menegaskan, stok minyak goreng curah dan kemasan khususnya di Kota Balikpapan tersedia, tidak terjadi kelangkaan dan terdapat penurunan harga pada minyak goreng curah dari minggu sebelumnya Rp 260 ribu menjadi Rp 230 ribu per 18 liter.

Load More