SuaraKaltim.id - Kalimantan Timur (Kaltim) terkenal dengan banyaknya upacara adat yang masih terus dilestarikan. Salah satu upacara adat yang masih rutin digelar adalah Erau.
Dikutip dari website Kemendikbud, Erau merupakan kegiatan atau acara besar yang bersifat sakral, ritual, dan juga hiburan.
Upacara Erau seperti pesta adat tahunan yang masih rutin diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Pemkab Kukar).
Erau berasal bahasa Kutai yakni Eroi yang berarti ramai, riuh, ribut, atau suasana yang penuh suka cita. Hal itu merujuk dari banyaknya kelompok atau orang-orang yang terlibat di dalam upacara tersebut.
Upacara ini menjadi salah satu upacara yang paling meriah dan besar bagi masyarakat Kutai. Lantas bagaimana sejarah dari upacara Erau?
Dahulu saat masyarakat Kutai masih dipimpin oleh seorang Sultan, tujuan dari Erau adalah untuk menepungtawari atau mmenelah tanah, air, hutan serta raja yang berkuasa.
Menurut kepercayaan masyarakat Kutai, upacara ini diyakini dapat mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan kepada penduduk.
Dengan melakukan Erau, kawasan sawah, ladang, sungai dan hutan akan menjadi subur. Raja yang memerintah pun akan selalu dilindungi oleh Allah Yang Maha Esa.
Oleh karena itu, biaya untuk penyelenggaraan Erau ditanggung secara bersama-sama oleh masyarakat. Sebab penyelenggaraan upacara ini tidak sebentar, yakni sekira 8 hari 8 malam.
Baca Juga: Nasi Bekepor Digunakan untuk Sebarkan Agama Islam di Kaltim
Persiapan upacara biasanya telah dilakukan jauh-jauh hari dan akan semakin intensif sebulan sebelum pelaksanaan upacara.
Ada beberapa persiapan upacara yang biasanya dilakukan jauh-jauh hari dan akan semakin intensif sebulan sebelum pelaksanaan upacara.
Biasanya, hal-hal yang dipersiapkan antara lain adalah surat undangan kepada seluruh camat dan kepala adat agar dapat datang dan membawa bahan-bahan pokok seperti beras, ayam, ikan, telur dan lain sebagainya.
Lalu membangun rumah besar atau ruangan-ruangan untuk tempat upacara di depan keraton. Kemudian, membuat 2 ekor naga jantan dan betina dari rangka bambu atau rotan yang dibaluti kain dan nantinya akan dilabuhkan atau dilarung ke air pada hari penutupan Erau.
Berita Terkait
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Siapa Sebenarnya 'Thomas Alva Edi Sound Horeg', Begadang Seminggu Demi Bass Menggelegar
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Murah Samsung dengan Fitur USB OTG, Multifungsi Tak Harus Mahal
-
Bukalapak Merana? Tutup Bisnis E-commerce dan Kini Defisit Rp9,7 Triliun
-
Investasi Kripto Makin Seksi: PPN Aset Kripto Resmi Dihapus Mulai 1 Agustus!
-
9 Negara Siaga Tsunami Pasca Gempa Terbesar Keenam Sepanjang Sejarah
-
Bantah Sengaja Pasang 'Ranjau' untuk Robi Darwis, Ini Dalih Pelatih Kim Sang-sik
Terkini
-
Dukung IKN dari Hulu: PPU Luncurkan Beras Lokal Benuo Taka
-
Sekolah Rakyat Segera Hadir di Kutim, Sasar Anak dari Keluarga Miskin
-
Kapal Rumah Sakit 50 Meter Siap Sambangi Pelosok Kaltim, Ini Tawaran dari Korea Selatan
-
Proyek IKN Jadi Sorotan DPR RI, Bandara VVIP hingga Jalan Inti Masuki Fase Penting
-
DLH Balikpapan: Bakar Sampah Bisa Kena Denda Rp50 Juta atau Kurungan 6 Bulan!