SuaraKaltim.id - Jumlah kasus gigitan hewan penular rabies (GHPR) di Benua Etam mencapai 328 pada Januari kemarin. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Diskes Kaltim), Jaya Mualimin.
"Kasus GHPR tertinggi terjadi di Balikpapan dengan 93 kasus, diikuti oleh Samarinda dengan 68 kasus, dan Kutai Timur dengan 47 kasus," katanya, disadur dari ANTARA, Rabu (21/02/2023).
Ia menjelaskan, kasus GHPR juga terjadi di delapan kabupaten lainnya. Yaitu Kutai Barat (Kubar) sebanyak 39 kasus, Kutai Kartanegara (Kukar) 23 kasus, Bontang 17 kasus, Paser 13 kasus, Penajam Paser Utara (PPU) 10 kasus, Berau 10 kasus, dan Mahakam Ulu (Mahulu) sebanyak delapan kasus.
Jaya juga mengatakan, tidak ada laporan kematian akibat rabies pada manusia di Kaltim. Meskipun, ada kemungkinan adanya anjing yang terinfeksi rabies.
"Kalau rabies hewannya ada angkanya. Anjing yang kita periksa tapi tidak ada manusia terjangkit. Kami terus lakukan vaksinasi anjing secara gratis melalui Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan," sebutnya.
Ia mengimbau, masyarakat yang digigit oleh hewan penular rabies untuk segera mendapatkan penanganan medis di puskesmas terdekat.
"Luka gigitan itu harus segera dibersihkan dulu. Ada beberapa tahapan. Kalau serius harus dirawat agar bisa dikelola," ucapnya.
Ia menjelaskan, rabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem saraf pusat. Penyakit ini dapat menular melalui gigitan atau cakaran hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, atau kelelawar.
Gejala rabies pada manusia antara lain demam, sakit kepala, kesulitan menelan, kejang, dan halusinasi. Rabies dapat dicegah dengan vaksinasi dan pengobatan segera setelah terpapar.
Baca Juga: Pemprov Kaltim Genjot Produksi Pisang untuk Pasar Internasional
"Rabies dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat," singkatnya.
Ia menekankan, pentingnya merawat hewan peliharaan dengan baik, dan memastikan mereka mendapatkan vaksinasi.
"Bagi masyarakat yang memiliki hewan peliharaan, vaksin untuk hewan peliharaan disediakan secara gratis, sama seperti yang kita lakukan untuk sapi dan kerbau," imbuhnya.
Selain rabies, Jaya menyebutkan bahwa di Kaltim terdapat penyakit zoonosis lain yang perlu diwaspadai, yaitu anthrax.
"Kita sudah melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan untuk penyakit terkait zoonosis, termasuk anthrax yang berasal dari sapi dan kerbau," tuturnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- 5 Fakta Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Publik Penasaran!
- Profil Komjen Suyudi Ario Seto, Calon Pengganti Kapolri Listyo Sigit Prabowo?
Pilihan
-
Viral Taiwan Resmi Larang Indomie Soto Banjar Usai Temukan Kandungan Berbahaya
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
Terkini
-
Kemendikdasmen Bangun 10 Gedung Sekolah Baru di PPU, Penyangga IKN
-
Gunakan NMAX Putih, Penipu Gasak Belasan Ponsel dari Toko di Kukar
-
Di Tengah Wacana Efisiensi, Gaji DPRD Kaltim Tembus Rp 79 Juta per Bulan
-
PPU Genjot Retribusi Pelabuhan untuk Kawasan Penyangga IKN
-
MBG Basi di SMA 13 Samarinda: Bau, Ulat, dan Imbauan Tutup Mulut