SuaraKaltim.id - Dalam rangka memperkuat pemahaman akan pentingnya kebudayaan sebagai bagian dari kehidupan bangsa, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar kuliah umum di Universitas Mulawarman, Samarinda, Selasa (09/10/2024). Acara ini mengundang Hilmar Farid sebagai pembicara.
Digelar di Gedung Integrated Laboratory (I-Lab) Unmul, kuliah umum ini mengusung tema “Membangun Ekosistem Kebudayaan Nusantara”.
Acara tersebut digelar untuk mengajak para generasi muda, khususnya mahasiswa, untuk berperan aktif dalam pelestarian dan pengembangan kebudayaan lokal dan nasional.
Hilmar Farid pada kuliah umum di depan ratusan mahasiswa, dosen dan akademisi, menekankan pentingnya ekosistem budaya yang tidak hanya mencerminkan keberagaman, tetapi juga memperkuat identitas kolektif bangsa.
Baca Juga: MenPANRB: Pemindahan ASN ke IKN Bergantung pada Keputusan Presiden Prabowo
"Nusantara harus menjadi lebih dari sekadar pusat administrasi; ia perlu menjadi poros kebudayaan yang menyatukan puncak-puncak kebudayaan daerah sebagai modal sosial yang berharga," ujarnya, dikutip di hari yang sama.
Dengan menggali pelajaran dari kota-kota seperti Brasilia dan Abuja, Hilmar mendorong pendekatan inklusif yang melibatkan masyarakat lokal, komunitas budaya, dan perguruan tinggi dalam perencanaan pembangunan.
Menurut Hilmar, kolaborasi lintas sektor inilah yang akan mengukuhkan Nusantara sebagai mercusuar budaya, baik di level nasional maupun internasional.
Dalam paparannya, ia juga menekankan pentingnya Nusantara sebagai ibukota baru yang tak hanya merepresentasikan kebudayaan nasional, tetapi juga menjadi episentrum dari keberagaman budaya lokal Indonesia yang luar biasa.
Nusantara, menurutnya, harus bisa merangkul kekayaan budaya Indonesia dengan menjaga dan merayakan puncak-puncak kebudayaan daerah di seluruh nusantara.
Baca Juga: IKN Proyek Rakyat Disebut Dusta, Jejak Digital Jokowi Bentuk Tim Diam-diam untuk Kaji IKN Viral
Hilmar menilai keberhasilan Indonesia di masa depan juga bergantung pada kemampuannya untuk menyelaraskan pengetahuan lokal dengan sains modern, terutama dalam bidang yang potensial seperti biofarmasi.
"Dengan menghindari homogenisasi budaya dan merangkul kearifan lokal, Nusantara dapat menjadi pusat peradaban yang tidak hanya kaya budaya, tetapi juga unggul dari aspek penelitian ilmiah di kancah dunia," kata pria yang pernah menjadi tim pengajar di Institut Kesenian Jakarta ini.
Kebudayaan sebagai Investasi
Hilmar juga menyoroti bahwa kebudayaan harus dipandang sebagai investasi jangka panjang yang memberikan dampak pengganda bagi sektor ekonomi dan ilmu pengetahuan.
“Ketika kita berinvestasi dalam bidang kebudayaan, kita berinvestasi dalam dalam hal yang sangat fundamental bagi kesejahteraan bangsa. Kebudayaan dapat menjadi potensi ekonomi yang luar biasa melalui pengelolaan sumber daya genetik yang besar. Hutan tidak hanya dilihat sebagai lahan semata, tapi juga memiliki kekayaan biokultural yang memiliki potensi memperkuat Indonesia di sektor welness industry " ujarnya.
Kebudayaan, katanya, bukan sekadar warisan yang dilestarikan, tetapi juga modal penting dalam menghadapi tantangan masa.
Di sini Ia menekankan bahwa konsolidasi yang kuat antar stakeholder baik itu dari level terkecil seperti komunitas lokal, hingga komunitas ilmiah melalui akademisi dan perguruan tinggi, sangat krusial dalam membangun ekosistem kebudayaan Nusantara.
Komunitas sebagai penjaga pengetahuan lokal, sedangkan perguruan tinggi adalah pusat inovasi yang dapat membantu kebudayaan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Adapun, kuliah umum ini diharapkan dapat membangkitkan semangat para mahasiswa untuk lebih peduli dan berperan aktif, khususnya, dalam melestarikan kebudayaan Indonesia serta menjadikan kebudayaan sebagai kekuatan yang memperkuat identitas dan daya saing bangsa di kancah global.
Kuliah umum yang dihadiri oleh ratusan peserta ini juga menjadi wadah diskusi yang produktif, di mana para mahasiswa dan pelaku budaya lokal saling bertukar pandangan tentang tantangan dan peluang dalam mengembangkan kebudayaan Indonesia.
"Bahwa tantangan modernitas, seperti digitalisasi dan urbanisasi, harus dilihat sebagai peluang untuk memperkuat kebudayaan Indonesia, bukan sebagai ancaman," tuturnya.
Berita Terkait
-
Ulasan Buku 'Nusantara Bertutur', Etika Menjalin Hubungan Persahabatan
-
Ulasan Buku 'Tekukur Hitam Kesayangan Pangeran': Indahnya Memberi Maaf
-
Emiten Bioskop XXI Makin Ekspansif dengan Buka Cabang dan Teknologi Baru
-
10 Alasan Mengapa Roemah Kuliner Bisa Menjadi Favorit Penggemar Masakan Nusantara di Jakarta!
-
Giring Ganesha Tunjukkan Sikap Protektif, Lindungi Wartawan saat Wawancara
Tag
Terpopuler
- Tersandung Skandal Wanita Simpanan Vanessa Nabila, Ahmad Luthfi Kenang Wasiat Mendiang Istri
- Gibran Tinjau Makan Gratis di SMAN 70, Dokter Tifa Sebut Salah Sasaran : Itu Anak Orang Elit
- Kini Rekening Ivan Sugianto Diblokir PPATK, Sahroni: Selain Kelakuan Buruk, Dia juga Cari Uang Diduga Ilegal
- Dibongkar Ahmad Sahroni, Ini Deretan 'Dosa' Ivan Sugianto sampai Rekening Diblokir PPATK
- Pernampakan Mobil Mewah Milik Ahmad Luthfi yang Dikendarai Vanessa Nabila, Pajaknya Tak Dibayar?
Pilihan
-
Patut Dicontoh! Ini Respon Eliano Reijnders Usai Kembali Terdepak dari Timnas Indonesia
-
Ada Korban Jiwa dari Konflik Tambang di Paser, JATAM Kaltim: Merusak Kehidupan!
-
Pemerintah Nekat Naikkan Pajak saat Gelombang PHK Masih Menggila
-
Dugaan Pelanggaran Pemilu, Bawaslu Pantau Interaksi Basri Rase dengan ASN
-
Kuasa Hukum Tuding Kejanggalan, Kasus Cek Kosong Hasanuddin Mas'ud Dibawa ke Tingkat Nasional
Terkini
-
Ada Korban Jiwa dari Konflik Tambang di Paser, JATAM Kaltim: Merusak Kehidupan!
-
Dugaan Pelanggaran Pemilu, Bawaslu Pantau Interaksi Basri Rase dengan ASN
-
Iuran Rp 20 Ribu untuk Listrik di SMA Negeri 1 Bontang, Disdik Kaltim Angkat Bicara
-
Kuasa Hukum Tuding Kejanggalan, Kasus Cek Kosong Hasanuddin Mas'ud Dibawa ke Tingkat Nasional
-
Pakai AC di Kelas, Orang Tua Murid Keluhkan Iuran Rp 20 Ribu untuk Bayar Listrik di SMA Negeri 1 Bontang