Bahkan, kinerja investasi Penajam sepanjang 2024 berhasil mencatat capaian impresif, melampaui target yang ditetapkan oleh Pemprov Kalimantan Timur (Kaltim).
"Realisasi investasi pada 2024 melampaui target, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memberikan target investasi kepada Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara pada 2024 sekitar Rp2,5 triliun, dan tercatat realisasi tercapai Rp3,7 triliun atau 145 persen, melampaui target," ucapnya.
Pertanian vs Tambang: Pertaruhan Masa Depan Penyangga IKN
Transformasi ekonomi kawasan penyangga Ibu Kota Nusantara (IKN) terus menunjukkan geliat positif. Badan Riset Daerah (Brida) Kalimantan Timur (Kaltim) telah menyelesaikan pemetaan potensi ekonomi di 16 desa dan kelurahan yang tersebar di wilayah peri-urban, mencakup sebagian Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) dan Penajam Paser Utara (PPU).
Hal itu disampaikan Peneliti Brida Kaltim, Putwahyu Budiman, Jumat, 4 Juli 2025, di Samarinda.
"Sebanyak 16 desa/kelurahan tersebut tersebar di beberapa kecamatan baik di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) maupun Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU)," ujar Putwahyu, disadur dari ANTARA, Sabtu, 5 Juli 2025.
Salah satu contoh yang menonjol adalah Desa Jonggon Jaya di Kecamatan Loa Kulu, Kukar.
Wilayah ini telah berkembang menjadi sentra pertanian pangan dan hortikultura yang tidak hanya menopang kebutuhan lokal, tetapi juga mendistribusikan hasilnya ke luar daerah.
Bahkan, suplai berasnya sudah menjangkau Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Kaltim.
Baca Juga: PPU Curi Ilmu dari Yogya, Siapkan Masyarakat Lokal Sambut Peran Sentral di IKN
"Petani Jonggon juga ada yang membudidayakan jahe. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Kukar, tapi juga untuk dikirim ke pasar luar daerah, termasuk ke daerah Sepaku yang menjadi bagian kawasan IKN," ungkap Putwahyu.
Tak hanya jahe, petani di Jonggon Jaya juga mengembangkan budidaya jamur tiram dan rumput gajah untuk pakan ternak, yang telah dilirik oleh sejumlah perusahaan pembeli.
Sinergi sosial menjadi modal penting bagi produktivitas pertanian desa ini, mengingat masyarakatnya yang terdiri dari berbagai suku hidup dalam harmoni.
“Kerukunan warga menjadi faktor pendukung dalam pembangunan dan pengembangan pertanian yang mendukung IKN. Meski datang dari berbagai etnis, seperti Jawa, Bugis, Dayak, namun mereka tetap guyub, tidak pernah terjadi konflik,” tambahnya.
Namun, di balik potensi besar itu, muncul gangguan serius dari keberadaan tambang ilegal.
Aktivitas tersebut menjadi ancaman nyata bagi upaya pengembangan sektor pertanian dan ketahanan pangan wilayah penyangga IKN.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
-
Fakta-fakta Gangguan MRT Kamis Pagi dan Update Penanganan Terkini
-
5 Mobil Bekas Pintu Geser Ramah Keluarga: Aman, Nyaman untuk Anak dan Lansia
-
5 Mobil Bekas di Bawah 100 Juta Muat hingga 9 Penumpang, Aman Bawa Barang
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
Terkini
-
5 Link DANA Kaget Sore Ini, Kejutan Cuan Senilai Rp479 Ribu
-
5 Top Mobil Bekas Favorit Keluarga 100 Jutaan, Nyaman dengan Fitur Hiburan
-
Aspirasi Daerah Jadi Penentu Arah RUU Sisdiknas 2025
-
Balikpapan Tawarkan HGU 90 Tahun untuk Dongkrak Arus Investasi
-
3 Rekomendasi Lipstik untuk Bibir Kering dan Hitam, Terbaik Dipakai Harian