SuaraKaltim.id - Situasi pandemi Covid-19 telah memberikan dampak di berbagai sektor kehidupan. Termasuk usaha warung tegal atau warteg. Menyasar kalangan pegawai atau pekerja, termasuk di pabrik, inilah tempat bersantap yang efisien dengan multi-menu, serta layanan efisien.
Sayangnya, kondisi pandemi menyebabkan beberapa perusahaan ditutup, sehingga pengunjung warteg ikut surut.
Meski demikian, Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) memastikan bahwa masih banyak kedai makan mereka yang bertahan.
Ketua Kowantara, Mukroni menyatakan bahwa isu beredar yang menyatakan 20 ribu warteg telah gulung tikar adalah tak benar.
Baca Juga:Badai Pandemi, Sekitar 20 Ribu Warteg se-Jabodetabek Akan Tutup
Ia menyatakan bahwa memang banyak pemilik warteg kembali ke kampung halaman, tetapi jumlahnya kurang dari 20 ribu warteg.
"Kurang dari separuh pedagang warteg memilih untuk pulang kampung karena pendapatannya terus menurun karena permintaan yang terbatas. Mereka rata-rata dari Tegal dan Brebes," ujar Mukroni dalam keterangannya, Selasa (26/1/2021).
Meskipun demikian, tambah Mukroni, para pelaku usaha warteg berharap pemerintah bisa turun tangan untuk mendata seluruh pelaku usaha warteg agar mendapatkan gambaran utuh kondisi sebenarnya.
Sedangkan Perwakilan Paguyuban Pedagang Warung Tegal dan Kaki Lima se-Jakarta dan sekitarnya (Pandawakarta), Puji Hartoyo menyebutkan bahwa tidak semua warteg pendapatannya merata.
Sehingga ia meminta pemerintah dalam hal ini Kemenkop UKM untuk segera mendata warteg-warteg di Indonesia.
Baca Juga:Viral! Kondangan saat Pandemi, Warganet: Berasa Makan di Warteg
"Tidak semua warteg atau pedagang kaki lima punya pendapatan dan kapasitas yang sama sehingga perlu didata," ujarnya.
Sementara, KemenkopUKM juga mendorong kolaborasi seluruh stakeholder usaha warung makan dan kaki lima.
Misalnya peningkatan kemampuan SDM dan pemberdayaan pelaku usaha dapat difasilitasi lewat program bapak asuh yang melibatkan BUMN dan swasta atau menghubungkan dengan akses pasar dalam program sosial mobilisasi makan gratis yang dibiayai pemerintah atau swasta.
Untuk mendata sebaran dan status warteg, KemenkopUKM menggandeng penyedia platform digital antara lain Wahyoo, startup teknologi yang selama ini fokus membantu meningkatkan nilai tambah warteg melalui digitalisasi.