Ini yang Bikin Polisi Was-was jika Liga 1 Digelar Kembali

Bukan karena tidak percaya kepada PSSI atau otoritas liga, atau kepada klub, pelatih, dan pemain.

Ari Syahril Ramadhan
Minggu, 14 Februari 2021 | 13:59 WIB
Ini yang Bikin Polisi Was-was jika Liga 1 Digelar Kembali
Sejumlah maskot dari kesebelasan peserta Liga 1 Indonesia mengikuti pembukaan kompetisi Sepak Bola Liga-1 Indonesia di Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (29/2/2020). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww. [ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT]

Bukan saja karena polisi sudah memahami betul perangai pendukung sepak bola Indonesia, namun juga karena rekomendasi kesehatan menyebutkan salah satu langkah penting dalam membendung penularan Covid-19 adalah menghindari kerumunan.


Tak ada jaminan
Berbagai penelitian telah memperkuat rekomendasi itu, bahwa mengurangi dan tidak menciptakan kerumunan berpengaruh sangat besar terhadap tingkat penularan Covid-19.

Sebuah model yang dibuat oleh Universitas Standord di Amerika Serikat pada November 2020 misalnya, menyebutkan bahwa tempat-tempat padat kalau ditekan sampai hanya 20 persen dari kapasitasnya bisa mengurasi resiko terpapar Covid-19 sampai 80 persen.

Bayangkan, kalau bukan hanya, melainkan sama sekali tidak menciptakan kerumunan. Mungkin efeknya jauh lebih besar lagi.

Baca Juga:Kota Solo Batal Jadi Pembuka Liga 1 Jika Hal Ini Terjadi

Tak heran di negara mana pun kerumunan selalu dihindari karena menjadi sumber yang mempercepat penularan Covid-19.

Kalau sampai kerumunan dibiarkan tercipta, maka itu sama saja dengan membuat negara ini kian sulit membendung Covid-19, apalagi angka infeksi Covid-19 di Indonesia terbilang tinggi dan kini sudah melewati angka 1.200.000 kasus. Demikian pula angka kematian akibat penyakit ini.

Polisi bisa saja berkaca dari pengalaman mereka bahwa betapa sulitnya mengendalikan penonton sepak bola negeri ini yang tidak saja fanatik tetapi juga bisa melakukan apa pun demi tim kesayangannya.

Bahkan mereka melakukan hal-hal nekad seperti menghilangkan nyawa orang lain hanya karena berbeda klub atau merusak properti masyarakat hanya karena melihat simbol yang dianggap melekat atau dianggap berasosiasi dengan klub lawannya, seperti plat nomor mobil.

Oleh karena itu tak mengherankan jika polisi terlihat agak skeptis mengenai asumsi tidak akan tercipta kerumunan dan nobar ketika kompetisi dilanjutkan suatu saat nanti.

Baca Juga:PT LIB Ungkap Apa yang Masih Kurang dari Prokes Liga 1

Pandangan ini diperburuk oleh tiadanya jaminan dari komunitas sepak bola dan pembuat kebijakan, khususnya pemerintahan daerah, bahwa kerumunan dan nobar tak akan terjadi ketika kompetisi digulirkan kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini