Sebelum ada intervensi kebijakan tersebut, harga gabah cenderung anjlok saat produksi melimpah, membuat banyak petani merugi karena tidak mampu menjual gabah di harga pantas.
Kini, Pemkab PPU melalui Dinas Ketahanan Pangan juga turut mengawal pelaksanaan penyerapan agar tidak tersendat di lapangan, termasuk mendampingi proses administrasi dan distribusi.
Luas lahan produktif tanaman padi di daerah ini mencapai 14.070 hektare, dengan rata-rata hasil panen sebelumnya sekitar 3–4 ton per hektare. Namun, pada musim panen pertama tahun ini, angka itu melonjak signifikan.
"Penyerapan gabah hasil panen petani oleh Perum Bulog berdampak signifikan bagi stabilitas harga dan jaminan pasar, karena ada jaminan pembelian hasil panen yang mampu menjaga harga tetap stabil dan menguntungkan petani," sebut Mulyono.
Baca Juga:Sekolah Internasional dan Kampus Mulai Dibangun di IKN
Kenaikan hasil panen disebut mencapai 6,3 hingga 6,6 ton per hektare, hampir dua kali lipat dibanding musim panen sebelumnya. Secara keseluruhan, produksi padi tahun 2024 mencapai sekitar 50.672 ton, dan tren surplus diperkirakan akan berlanjut di 2025.
"Hampir setiap tahun produksi petani tanaman padi di Kabupaten Penajam Paser Utara mengalami surplus," ungkapnya.