BMKG juga membandingkan kondisi musim kemarau tahun ini dengan rata-rata normal berdasarkan data 1991–2020.
Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah di Kaltim akan mengalami musim kemarau yang sama atau lebih lambat dari biasanya.
“Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2025,” jelas Riza Arian Noor, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Rabu, 7 Mei 2025.
Dari sisi curah hujan, BMKG memperkirakan sebagian besar wilayah Kaltim akan mengalami kondisi hujan yang masih berada dalam kategori normal selama musim kemarau.
Baca Juga:BMKG: Hujan 80-90 Persen Berpotensi Guyur Kaltim, Warga Diminta Waspada
Durasi musim kemarau sendiri diprediksi berlangsung antara 3 hingga 9 dasarian atau setara dengan 1 hingga 3 bulan.
Melihat potensi dampak dari musim kemarau ini, BMKG mengimbau semua pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat, agar menjadikan informasi ini sebagai acuan dalam menyusun kebijakan antisipatif dan langkah mitigasi.
“Peran aktif masyarakat sangat diperlukan untuk menyebarluaskan informasi cuaca ini agar bisa dipahami secara luas,” tutur Riza.
Demi Masa Depan IKN, Kaltim Dapat Status Khusus Penanganan Karhutla
Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menetapkan Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai salah satu wilayah dengan penanganan khusus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada 2025.
Baca Juga:Peringatan BMKG: Waspadai Dampak Pasang Laut di Pesisir Kaltim pada 2 April 2025
Kebijakan ini diambil menyusul posisi Kalimantan Timur sebagai lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), yang menuntut perlindungan ekosistem secara menyeluruh demi keberlanjutan pembangunan nasional.