Hujan Kategori Rendah-Menengah Diprakirakan Guyur Kaltim hingga 10 Juni

Meski tidak tergolong ekstrem, hujan yang terjadi berpotensi disertai angin kencang.

Denada S Putri
Selasa, 03 Juni 2025 | 14:35 WIB
Hujan Kategori Rendah-Menengah Diprakirakan Guyur Kaltim hingga 10 Juni
Ilustrasi hujan tingkat rendah dan menengah. [Ist]

SuaraKaltim.id - Memasuki awal Juni 2025, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) masih berpeluang diguyur hujan yang dapat memicu sejumlah bencana hidrometeorologi.

Hal ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi APT Pranoto Samarinda yang memprediksi potensi hujan masih cukup tinggi di berbagai wilayah hingga 10 Juni mendatang.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III APT Pranoto BMKG Samarinda, Riza Arian Noor, menjelaskan bahwa intensitas hujan di awal dasarian Juni bervariasi dari kategori rendah hingga menengah.

Hal itu ia sampaikan saat berada di Samarinda, Selasa, 3 Juni 2025.

Baca Juga:Gratispol untuk Guru di Kaltim, Pengamat: Jangan Asal Sekolah S2

"Pada dasarian pertama Juni 2025, sebagian besar wilayah Kaltim diprakirakan mengalami curah hujan kategori rendah hingga kategori menengah," ujar Riza, disadur dari ANTARA, di hari yang sama.

Wilayah-wilayah pesisir seperti Samarinda, Balikpapan, serta sebagian besar Kutai Kartanegara (Kukar), Berau, dan Kutai Timur (Kutim) diperkirakan mengalami curah hujan rendah dengan intensitas antara 0–50 mm.

Sementara itu, curah hujan menengah atau 50–150 mm berpotensi terjadi di daerah seperti Mahakam Ulu (Mahulu), Kutai Barat (Kubar), dan sebagian Kutim dan Kukar.

Meski tidak tergolong ekstrem, hujan yang terjadi berpotensi disertai angin kencang.

BMKG mengingatkan potensi dampak seperti banjir, pohon tumbang, jalan licin, serta kemungkinan longsor di daerah rawan.

Baca Juga:BMKG: Waspada Pasang Laut 2,9 Meter di Pesisir Kaltim Akhir Mei

Riza menambahkan bahwa sifat hujan di sebagian besar wilayah Kaltim diperkirakan berada pada kategori bawah normal hingga normal.

Namun, terdapat pengecualian untuk wilayah utara.

“Pada prakiraan deterministik sifat hujan dasarian pertama Juni, secara umum wilayah Kaltim diprakirakan mengalami sifat hujan kategori bawah normal antara 31-84 persen hingga normal antara 85-115 persen,” jelasnya.

“Namun, terdapat pengecualian di bagian utara, khususnya di Kabupaten Berau bagian barat dan Kabupaten Kutai Timur bagian barat, yakni diprakirakan mengalami sifat hujan kategori atas normal antara 116-150 persen,” sambungnya.

Dengan kondisi ini, BMKG mengimbau agar masyarakat dan pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan, terutama di wilayah dengan kerentanan tinggi terhadap bencana alam akibat cuaca.

Pusaran Angin di Teluk Balikpapan Bikin Geger, Apa Itu Waterspout?

Munculnya pusaran angin menyerupai cerobong di permukaan laut Teluk Balikpapan sempat menghebohkan warga pada Sabtu, 31 Mei 2025.

Peristiwa tersebut rupanya merupakan fenomena meteorologi yang dikenal sebagai waterspout, atau puting beliung yang terjadi di atas laut.

Hal itu disampaikan Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto, belum lama ini.

"Benar telah terjadi fenomena di Teluk Balikpapan, dan itu biasa disebut waterspout," ujar Kukuh, disadur dari ANTARA, Minggu, 1 Juni 2025.

Menurut Kukuh, waterspout terbentuk dari awan cumulonimbus, jenis awan menjulang yang kerap memicu cuaca ekstrem.

Di dalam awan ini terjadi turbulensi atau pergerakan udara tidak stabil yang memicu pembentukan pusaran angin.

"Dari sinilah terbentuk puting beliung atau waterspout," jelasnya.

Fenomena ini, lanjut Kukuh, terbentuk melalui proses yang sama dengan puting beliung di daratan, yakni akibat ketidakstabilan atmosfer.

“Tekanan rendah di pusat pusaran menyebabkan terbentuknya kolom angin dari dasar awan menuju ke permukaan laut. Itu yang terlihat seperti cerobong air yang berputar,” tambahnya.

BMKG mencatat, waterspout lazim terjadi saat masa peralihan musim—terutama dari kemarau ke penghujan—ketika suhu permukaan laut hangat dan penguapan tinggi memicu pertumbuhan awan cumulonimbus lebih cepat.

“Ciri-ciri umum cuaca ekstrem yang ditimbulkan dari awan cumulonimbus antara lain hujan deras berdurasi singkat, angin kencang, kilat dan petir, serta kemungkinan terjadinya puting beliung atau waterspout,” jelas Kukuh.

Meski kejadian waterspout ini tidak menimbulkan kerusakan atau korban, BMKG mengingatkan masyarakat agar lebih waspada, terutama bagi nelayan dan warga yang beraktivitas di pesisir.

Fenomena ini kerap muncul tiba-tiba dan hanya berlangsung dalam waktu singkat, namun cukup berbahaya.

"Kunjungan ini untuk memastikan kelangsungan pembangunan IKN berjalan sesuai target," lanjutnya.

BMKG juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk terus memantau prakiraan dan peringatan dini cuaca.

Warga diimbau mengenali tanda-tanda awal sebelum cuaca ekstrem terjadi, seperti udara yang terasa panas dan pengap, langit cerah yang berubah mendung secara cepat, serta angin yang tiba-tiba berembus kencang.

"Pada masa peralihan yang perlu diwaspadai adalah angin puting beliung karena kejadian itu sangat rentan terjadi di masa peralihan," ujar Kukuh.

Ia menjelaskan, Kalimantan Timur (Kaltim) hingga akhir April lalu masih berada di puncak kedua musim hujan.

Kini, wilayah ini mulai memasuki masa transisi menuju musim kemarau, yang diperkirakan terjadi pada akhir Juni.

Setelah masa peralihan berakhir, masyarakat juga perlu bersiap menghadapi tantangan baru seperti potensi gelombang tinggi akibat angin tenggara dan selatan yang mendominasi selama musim kemarau.

"Gelombang dari tenggara dan selatan akan lebih dominan, dan bisa mengganggu aktivitas nelayan serta pelayaran kecil," ucap Kukuh.

Sebagai penutup, BMKG kembali mengingatkan masyarakat untuk tidak berteduh di bawah pohon besar atau baliho saat terjadi hujan disertai petir dan angin kencang.

Kewaspadaan sejak dini dapat meminimalkan risiko dari kejadian cuaca ekstrem yang sifatnya lokal, cepat terjadi, dan sulit diprediksi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini