2.836 Kasus DBD di Kaltim, Dinkes Minta Warga Jangan Lengah

Langkah ini diperkuat dengan upaya tambahan seperti vaksinasi, penggunaan kelambu, dan penaburan larvasida.

Denada S Putri
Rabu, 16 Juli 2025 | 12:01 WIB
2.836 Kasus DBD di Kaltim, Dinkes Minta Warga Jangan Lengah
Ilustrasi DBD. [Ist]

SuaraKaltim.id - Tingginya angka kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kalimantan Timur (Kaltim) mendorong Dinas Kesehatan setempat untuk menggencarkan kembali kampanye pencegahan berbasis partisipasi masyarakat.

Hingga pertengahan Juli 2025, tercatat sudah 2.836 kasus DBD tersebar di sejumlah kabupaten/kota di provinsi ini.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim, Jaya Mualimin, mengingatkan pentingnya disiplin dalam menjalankan Gerakan 3M Plus sebagai bentuk perlindungan awal di tingkat rumah tangga.

Hal itu ia sampaikan saat berada di Samarinda, Selasa, 15 Juli 2025.

Baca Juga:Gedung Belum Siap, Sekolah Rakyat di Kaltim Jalan Dulu Pakai Skema Rintisan

“Prinsipnya sangat sederhana, bersihkan sarang nyamuk setiap minggu, jika ada jentik di rumah kita, segera bertindak,” katanya disadur dar ANTARA, Rabu, 16 Juli 2025.

Gerakan 3M Plus yang dimaksud mencakup tiga langkah utama: menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penyimpanan air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Langkah ini diperkuat dengan upaya tambahan seperti vaksinasi, penggunaan kelambu, dan penaburan larvasida.

“Situasi DBD di Kaltim masih fluktuatif, kita tidak boleh lengah,” ujar Jaya menyoroti ancaman laten DBD, terlebih saat musim hujan berlangsung.

Data yang dihimpun Dinkes menunjukkan Balikpapan sebagai daerah dengan kasus tertinggi, yakni 765 kasus.

Baca Juga:Sifat Hujan Bervariasi di Kaltim, BMKG Soroti Ketimpangan Pesisir dan Pedalaman

Disusul Kutai Kartanegara (Kukar) 606 kasus, Kutai Timur (Kutim) 400 kasus, Samarinda 348 kasus, Bontang 211 kasus, Paser 197 kasus, Penajam Paser Utara (PPU) 150 kasus, Kutai Barat (Kubar) 89 kasus, Berau 62 kasus, dan Mahakam Ulu (Mahulu) delapan kasus.

Meski sebagian besar daerah telah berhasil menjaga tingkat kematian akibat DBD di bawah target nasional, Paser tetap menjadi sorotan karena mencatat dua kematian akibat DBD.

Sementara Kutim, Berau, Balikpapan, Kukar, dan PPU masing-masing mencatat satu kasus kematian.

“Target Renstra CFR Dengue kita adalah kurang dari 0,5 persen. Untuk daerah yang masih di atas ambang, kita akan terus tingkatkan intervensi dan sosialisasi,” katanya.

Sebagai bagian dari strategi pengendalian, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim juga memperluas promosi kesehatan melalui edukasi langsung kepada warga.

Upaya ini dilakukan bersama lintas sektor dan komunitas lokal, untuk menciptakan lingkungan yang bebas jentik nyamuk secara berkelanjutan.

“Kesehatan masyarakat adalah tanggung jawab kita bersama. Mari kita jaga lingkungan kita bersih dari jentik nyamuk, demi Kaltim yang sehat dan bebas DBD,” tegas Jaya.

Cuaca Tak Menentu, Risiko DBD hingga ISPA Mengintai Balikpapan

Fenomena perubahan cuaca yang belakangan melanda Balikpapan bukan hanya mengganggu aktivitas harian, tapi juga menjadi pemicu munculnya berbagai gangguan kesehatan. Kondisi ini pun mendapat perhatian khusus dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Balikpapan.

Kepala Dinkes Balikpapan, Alwiati, mengingatkan masyarakat agar tak lengah menghadapi masa peralihan dari musim hujan ke kemarau yang berlangsung dengan fluktuasi suhu ekstrem.

Hal itu disampaikan Alwiati saat berada di Balikpapan, Sabtu, 31 Mei 2025.

“Perubahan cuaca yang terjadi belakangan ini cukup ekstrem dan tidak menentu,” kata Alwiati, Sabtu (31/5).

Ia menekankan bahwa tubuh manusia membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan yang berubah cepat.

Ketika transisi berlangsung antara cuaca panas dan hujan deras, atau dari udara kering ke lembap, daya tahan tubuh bisa menurun drastis.

“Tubuh manusia perlu waktu untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Dari cuaca panas terik lalu tiba-tiba hujan deras, atau dari udara kering ke lembap, itu bisa membuat daya tahan tubuh menurun,” ujarnya.

Dalam situasi seperti ini, risiko terkena penyakit musiman seperti batuk, pilek, flu, demam, hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) cenderung meningkat.

Untuk itu, Alwiati mengimbau warga agar mulai membiasakan kembali pola hidup sehat, termasuk mencukupi kebutuhan cairan, makan bergizi, serta menjaga waktu istirahat.

“Penting sekali mengkonsumsi makanan bergizi, memperbanyak asupan air putih dan vitamin, serta istirahat yang cukup agar imunitas tetap terjaga,” ujarnya.

Tak hanya penyakit pernapasan, potensi penyebaran demam berdarah dengue (DBD) juga masih menjadi kekhawatiran, apalagi nyamuk Aedes aegypti dapat berkembang biak cepat saat cuaca berubah-ubah.

Dinkes mengajak masyarakat menjalankan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara konsisten dengan menerapkan 4M Plus: menguras, menutup, mengubur, dan memantau tempat-tempat penampungan air.

Selain itu, Alwiati juga mengingatkan pentingnya penggunaan masker, terutama saat sedang flu atau beraktivitas di tempat ramai.

“Bagi yang sudah mengalami gejala flu sebaiknya membatasi interaksi dengan orang lain, istirahat di rumah, dan memakai masker agar tidak menularkan virus ke orang sekitar,” katanya.

Dinkes berharap, dengan kesadaran kolektif dan gaya hidup sehat, masyarakat Balikpapan bisa melalui masa peralihan cuaca ini tanpa gangguan kesehatan serius.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini