Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Rabu, 28 Oktober 2020 | 10:18 WIB
Pemadam kebakaran asal Indonesia di Los Angeles, Muhammad Yulfiano Gerwynaldo. [dok: pribadi]
Tiap pemadam mengangkut beban sekitar 27 kilogram. [Dok: Yulfiano]

Tidak hanya itu, Ano pun dihadapi situasi yang sangat mencekam dan menyeramkan yang pernah ia alami.

Saat tengah beristirahat dan tidur di atas gunung, ia terbangun dan seketika melihat api yang sudah berkobar setinggi dua lantai di depannya.

“Itu jam 03.30 pagi mungkin ya. Tiba-tiba saya dengar suara kayak, ‘krecek-krecek’ gitu loh, kayak suara kayu. Pas bangun-bangun, (sekitar enam meter) api lagi meledak di depan saya, pas lagi tidur. Wah, itu momen paling deket sama api yang pernah saya rasain. Itu api udah di depan muka banget,” katanya.

Ketegangan pun bertambah ketika mengetahui bahwa tidak ada air sama sekali yang tersedia untuk bisa memadamkan api tersebut.

Baca Juga: Langit di California Berwarna Oranye

“Selangnya memang sudah ada, tapi nggak ada airnya. Karena truk yang di bawah lagi enggak dipompa,” katanya.

“Lima menit airnya enggak sampai-sampai. Kita stres. Api sudah makin gede, sudah makin meledak. Akhirnya lima menit, airnya sampai juga. Akhirnya bisa kita padamin,” cerita Ano.

Hadapi Risiko, Demi Satu Orang

“Dari sejak kecil, aku tuh suka ngebantu orang,” begitulah papar Ano.

Hatinya selalu tergerak untuk membantu orang lain tanpa pamrih, bahkan memikirkan bayaran, yang adalah sebuah kepuasan tersendiri baginya.

Baca Juga: Mengerikan, Penampakan Langit Merah di California Dampak Kebakaran Hutan

Hingga suatu hari, ia dan krunya diminta untuk menyelamatkan sebuah kota yang sangat kecil di California bernama Crystal Lake, di mana hanya ada satu warga yang tinggal di sana bersama anjing piaraannya.

Load More