Scroll untuk membaca artikel
Fitri Asta Pramesti | Rima Suliastini
Rabu, 13 Januari 2021 | 16:19 WIB
Ilustrasi uang dolar. (Shutterstock)

SuaraKaltim.id - Seorang penjual es krim merasa jadi orang yang paling sial di dunia setelah mendapatkan uang sebanyak Rp277 miliar. 

Uang ratusan miliar itu masuk ke rekening pria bernama Muhammad Abdul Qadir secara tiba-tiba. Ia tak mengaku tak mengetahui siapa pengirimnya. 

Bukannya senang, pria yang tinggal di pemukiman kumuh di Karachi, Pakistan ini malah menyebut dirinyasial karena uang itu mempersulit hidupnya.

Menyadur Dawn, Rabu (13/01/2021), Federal Investigation Agency (FIA) menemukan transaksi mencurigakan atas nama Qadir yang menyebabkan ia ditahan untuk dimintai keterangan atas uang tersebut.

Baca Juga: PPATK Curiga 59 Rekening FPI Terkait Pencucian Uang dan Terorisme

Pada FIA, Qadir mengaku tak tahu menahu tentang uang itu. Ia bahkan menyesali dirinya terlibat dalam kasus dugaan pencucian uang ini.

"Saya adalah orang paling tidak beruntung di dunia, ketika saya mengetahui uang dalam jumlah besar, uang tersebut sudah tidak ada lagi," ujar Qadir saat wawancara.

Ilustrasi Uang (Pexels/Karolina)

"Mengapa saya harus menghabiskan hidup dalam kondisi yang menyedihkan ini jika saya memiliki uang miliaran di akun saya?" katanya.

Rupanya Qadir tak sendirian, ada 77 rekening lain yang mendapat trasferan serupa yang rata-rata masuk warga biasa kelas pekerja, seperti penjaga keamanan dan orang lain yang tak terjangkau haknya.

Berdasarkan hasil penyelidikan, uang itu diduga berasal dari mantan Presiden Asif Ali Zadari yang terlibat dala berbagai kasus keuangan.

Baca Juga: Kasus Suap Red Notice, Bareskrim Telusuri Pencucian Uang Irjen Napoleon

Qadir mengatakan bahwa rekening itu benar atas nama dirinya tapi ia tal terlibat sedikitpun dengan kasus ini. Apalagi Qadir adalah seorang buta huruf.

Kini Qadir semakin menderita karena ia menjadi bahan olokan warga ketika kembalu berjualan es krim. Bahkan keluarganya mengaku lebih sulit menjalani hidup setelah mendapat 'rejeki nomplok' ini.

Load More