SuaraKaltim.id - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Bahkan ruang perawatan intensif (ICU) hamper penuh di kota-kota besar Kolombia. Kematian yang dikonfirmasi akibat COVID-19 di Kolombia melampaui 80.000 pada Jumat (14/5), di mana kerumunan besar telah berkumpul selama berminggu-minggu untuk protes anti pemerintah.
Demonstrasi terjadi di Kolombia, awalnya menyerukan untuk menentang reformasi pajak yang sekarang dibatalkan tetapi telah meluas untuk mengatasi ketidaksetaraan dan kebrutalan polisi. Pihak berwenang mengingatkan terkait potensi akan memperpanjang gelombang ketiga epidemi yang sudah menghancurkan.
Wali kota Bogota menggemakan peringatan itu, mengatakan ibu kota pada Kamis (13/5) melaporkan jumlah kasus baru COVID-19 tertinggi kedua dan jumlah kematian tertinggi sejak pandemi dimulai.
"Saya tidak tahu harus berkata apa lagi, memperingatkan, memohon, memohon," kata Claudia Lopez dalam pesan Twitter Kamis malam yang mendesak orang-orang untuk tetap berpegang pada aturan jarak sosial.
Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 di Lingga Bertambah 49 Kasus saat Idul Fitri
Pada Jumat dia mengumumkan bahwa dia terinfeksi dan akan mengisolasi diri.
Demonstran telah berbaris di seluruh Kolombia sejak 28 April, sekitar waktu kematian harian nasional mencapai rekor 505. Kematian rata-rata berkisar sekitar 470 per hari dan pada Jumat jumlah korban kumulatif mencapai 80.250.
Tekanan pada ICU di ibu kota "mengkhawatirkan," kata pemerintah Kamis malam, menambahkan pasien akan dipindahkan melalui angkutan udara ke kota-kota lain.
Hunian ICU untuk pasien COVID-19 di Bogota mencapai 94%, menurut otoritas setempat. Di Medellin dan Cali, tingkat huniannya masing-masing 99% dan 95%.
Pakar kesehatan mengatakan mereka menghormati hak masyarakat untuk melakukan protes, tetapi memperingatkan kelompok besar tidak dapat terus berkumpul.
Baca Juga: Beredar Pesan Hoaks Kasus Covid-19 di Jatim Meledak, Khofifah Membantah
"Kami tidak bisa terus seperti ini," Andrea Ramirez, seorang ahli epidemiologi di Universidad de los Andes, Bogota, mengatakan kepada Reuters.
Berita Terkait
-
Mengatasi Stress Pasca Kematian Pasangan, Peran Kawruh Jiwa pada Lansia Duda
-
Pasar Saham Indonesia Terjun Hebat, Lebih Parah dari IHSG Era Pandemi COVID-19?
-
Tangkal Sleep Apnea, Injeksi Ini Bisa Jadi Solusi Selamatkan Nyawa Bayi Prematur di Indonesia
-
Review Film Singsot: Siulan Kematian, Saat Bersiul Mendatangkan Setan!
-
Polisi Mulai Selidiki Penyebab Kematian Wheesung, Diduga Alami Overdosis
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Adaptif di Era IKN, UMKM PPU Diminta Melek Digital
-
Gakkum KLHK Usut Kasus Hit and Run Penambangan Ilegal di Hutan Pendidikan Unmul
-
Warga Ngeluh BBM Bermasalah, Pengamat Unmul Bongkar Dugaan Kebocoran Sistem
-
BBM Bermasalah, Pertamina Janji Buka Bengkel Gratis di 10 Daerah Kaltim
-
Banjir di Jantung IKN, Alarm Dini untuk Infrastruktur Penyangga