SuaraKaltim.id - Sejumlah pesohor media sosial ditawari uang dari perusahaan pemasaran yang misterius. Para mahabintang dunia maya terebut diminta untuk menyebarkan hoaks mengenai vaksin Covid-19.
Hal itu gagal terjadi. Melihat pengaruh mereka yang besar, mereka lebih memilih mengadukan tawaran tersebut kepada khalayak umum.
"Cerita ini diawali dengan sebuah email," kata Mirko Drotschmann, seorang wartawan yang juga Youtuber asal Jerman, dikutip dari BBC.com--Jaringan Suara.com, Selasa (27/07/2021).
Drotschmann memang sering menolak tawaran dari merek-merek tertentu, yang memintanya untuk mempromosikan produk mereka ke lebih dari 1,5 juta pengikut miliknya. Akan tetapi, di Mei lalu, aa tawaran lain yang diterimanya.
Perusahaan pemasaran bernama Fazze menawarkan Drotschmann untuk mempromosikan sesuatu yang mereka klaim sebagai informasi bocoran. Informasi itu soal tingkat kematian para penerima vaksin Pfizer yang hampir tiga kali lipat dari orang-orang penerima vaksin AstraZeneca. Nyatanya, informasi itu adalah hoaks belaka.
Bagi Drotschmann, semakin jelas bahwa dirinya diminta menyebarkan informasi menyesatkan. Guna mengikis kepercayaan publik terhadap vaksin.
"Saya terkejut, kemudian saya penasaran. Siapa di balik semua itu?" kata Drotschmann lagi.
Di Prancis, Youtuber sains, Leo Grasset, juga menerima tawaran serupa. Perusahaan itu menawarkan 2.000 euro atau sekitar Rp 34 juta padanya., jika Grasset berpartisipasi.
Fazze mengeklaim pihaknya hanyalah perantara bagi seorang klien, yang identitasnya tidak ingin diungkapkan.
Baca Juga: Begini Nasib Pemuda Penyebar Hoaks Vaksin Covid-19 Bikin Kesurupan di Kendari
"Benar-benar mencurigakan," ujar Grasset.
Baik Grasset maupun Drotschmann, mereka sama-sama kaget oleh klaim perusahaan Fazze. Namun, mereka pura-pura tertarik untuk mengetahui lebih lanjut. Mereka kemudian diberikan instruksi rinci tentang apa yang mereka harus katakan dalam video Youtube.
Dalam bahasa Inggris yang patah-patah, instruksi itu menyuruh mereka "berakting seolah Anda punya semangat dan minat pada topik ini".
Instruksi itu juga memberikan mereka peringatan. Agar tidak menyebut, bahwa video yang mereka buat disponsori—serta berpura-pura mereka memberikan imbauan secara spontan demi kebaikan penonton.
Platform-platform media sosial punya aturan yang melarang pembuat video merahasiakan konten bersponsor. Di Prancis dan Jerman, tindakan itu juga tergolong ilegal.
Perusahaan Fazze pun menyuruh para influencer membagikan artikel dari surat kabar Prancis, Le Monde, soal kebocoran data dari Badan Obat-obatan Eropa (EMA). Artikel itu asli, tapi sama sekali tidak menyebutkan soal kematian akibat vaksin.
Berita Terkait
Terpopuler
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
- Ditunjuk Jadi Ahli, Roy Suryo Siapkan Data Akun Fufufafa Dukung Pemakzulan Gibran
Pilihan
-
Media Belanda Julid ke Eliano Reijnders yang Gabung Persib: Penghangat Bangku Cadangan, Gagal
-
Sudah di Indonesia, Jebolan Ajax Amsterdam Hilang dari Skuad
-
Harga Emas Antam Tembus Paling Mahal Hari Ini, Jadi Rp 2.115.000 per Gram
-
Ustaz Khalid Basalamah Terseret Korupsi Kuota Haji: Uang yang Dikembalikan Sitaan atau Sukarela?
-
Belajar dari Cinta Kuya: 5 Cara Atasi Anxiety Attack Saat Dunia Terasa Runtuh
Terkini
-
Dispar Kaltim Gandeng Influencer, Anggaran Promosi Tembus Rp 1,7 Miliar
-
Makanan Gratis Jadi Basi, DPRD Kaltim Desak Perbaikan Sistem MBG
-
Infrastruktur Modern KKT Perkuat Keyakinan Investor di IKN
-
BMKG Prediksi Hujan Tinggi, BPBD Siapkan Skenario Darurat di Kaltim
-
Skor Integritas Merosot, Kutim Tegaskan Komitmen Perbaiki Tata Kelola