Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Jum'at, 10 September 2021 | 13:24 WIB
Pantai Sekerat, Kecamatan Bengalon, Sangatta. [Dok. Dispar Kaltim]

SuaraKaltim.id - Dunia pariwisata Bumi Mulawarman betul-betul terkoyak saat pandemi Covid-19 melanda Kalimantan Timur (Kaltim). Menurut Kepala Dinas Pariwisata Kaltim, Sri Wahyuni, hanya ada dua sektor pariwisata yang bisa berjalan saat pandemi, perhotelan dan restoran.

Kedua sektor itu juga tak berjalan maksimal. Tertatih, namun masih bisa bergerak.

Seiring dengan penurunan kasus Covid-19, sektor pariwisata lain pun mulai berusaha dibangkitkan. Sebagai orang yang memiliki kewajiban akan hal itu, dia mengaku penurunan kasus terkonfirmasi Covid-19 menjadi angin segar tersendiri untuk industri pariwisata Kaltim.

Pulau Sangalaki, Kabupaten Berau. [Dok. Dispar Kaltim]

Penggalian potensi lain pun dia lakukan. Menurutnya wisata alam kini memiliki peluang untuk bisa bangkit. Namun dengan satu syarat penting. Yakni dengan mengutamakan sertifikasi Cleanless, Health, Safety and Environment (CHSE) di setiap tempat wisata alam.

Baca Juga: Viral Kisah Cinta Beda Usia Putri Pariwisata Kalteng, Selisih 27 Tahun Bukan Masalah

Dirinya menilai CHSE merupakan standarisasi yang akan dipertayakan oleh wisatawan ketika berkunjung ke tempat wisata alam di Kaltim. Rasa aman dan nyaman harus ditawarkan para pelaku pengusaha pariwisata kepada pengunjung.

"Karena masa pandemi dan pasca pandemi, kesadaran masyarakat terhadap protokol kesehatan (prokes) itu menjadi nomor satu," jelasnya, dalam acara bincang-bincang bersama awak media dengan tema Sinergitas dan Inovasi dalam Membangkitkan Pariwisata Daerah, di atas kapal wisata Pesut Bentong, bersama para influencer Kaltim, dimana perjalanan itu dilakukan di atas Sungai Mahakam dari Kota Samarinda menuju Muara Muntai, Kutai Kartanegara (Kukar), Kamis (9/9/2021) sore.

Kepala Dispar Kaltim, Sri Wahyuni bersama Influencer saat berbincang tentang destinasi wisata Kaltim [Suara.com/Apriskian Tauda Parulian]

Dirinya tak menampik, status pariwisata di Kaltim selama pandemi seperti hidup enggan mati tak mau, atau ibarat kata lainnya seperti mati suri.

Harapannya Sri tentu besar, khususnya kepada para pengusaha di sektor pariwisata. Saling bahu-membahu membangun industri tersebut agar tak terjadi mati suri yang kedua kalinya.

Namun, baginya pula, penurunan kasus Covid-19 tak bisa disambut dengan euforia berlebih. Dia menyarankan kepada para pelaku wisata untuk tak melonggarkan peraturan prokes di tempat usaha wisata milik mereka.

Baca Juga: Gubernur Khofifah Sebut Sejumlah Destinasi Wisata di Jatim Bersiap Uji Coba Operasional

Justru mengencangkan ikat pinggang guna menerapkan prokes harus tetap dimaksimalkan. Alasannya, agar bisa memberikan rasa percaya kepada para pengunjung untuk bisa merasa aman dan nyaman ketika berkunjung ke destinasi wisata yang ada di Kaltim.

"Kita berharap ini (penurnan kasus Covid-19 di Kaltim) menjadi angin segar bagi para pelaku usaha pariwisata, tetapi harus menerapkan prokes. dan harus mengurus CHSE. Jangan sampai hasil pencapaian penurunan Covid-19 ini, lonjakan kasus kembali naik gara-gara euphoria atas turunnya Covid-19 di Kaltim," pungkasnya.

Kontributor: Apriskian Tauda Parulian

Load More