SuaraKaltim.id - Rona Ria Lianda (22) tiba dan duduk di sebuah klinik yang berada di Jalan Antasari, Kelurahan Karang Asam Ilir, Kecamatan Samarinda Ulu, untuk melakukan Swab test Polymerase Chain Reaction (PCR).
Pengalaman ini merupakan kali pertama wanita yang kerap disapa Rona itu melakukan Swab test PCR. Pasalnya, dia hendak berangkat ke luar kota untuk melakukan studi kuliah.
Setengah jam menunggu akhirnya, dia pun dipanggil untuk melakukan swab test PCR. Sempat ada ketakutan di dalam dirinya saat hendak melakukan PCR.
"Ini kali pertama sih test PCR, agak takut juga sih kan kalau yang saya dengar itu PCR itu dicucuk hidungnya," ungkapnya saat diwawancarai, Kamis (15/9/2021).
Baca Juga: Hits Health: Diet Atasi Loyo dan Disfungsi Ereksi, Covid-19 Menurun di Banyak Negara
Setelah dilakukannya test PCR, petugas klinik pun meminta Rona untuk menunggu hasil swab PCR selama 1 hari.
"Iya disuruh untuk menunggu satu hari sih hasil, kalau kata petugas klinik nanti akan dikirim hasil testnya melalui WhatsApp," katanya.
Disinggung mengenai harga PCR, dia mengatakan bahwa sekarang harga PCR kini sudah terjangkau. Dia menilai, harga PCR sebelumnya yang berada di angka Rp 900 ribu hingga Rp 1 juta sangat tidak masuk akal.
"Sangat senang sih, kan harga PCR sekarang ini harga sudah lebih murah ya dari yang kemaren. Kalau harga PCR kemaren Rp 900 ribu hampir sama saja kayak beli 2 tiket pesawat," jelasnya sambil tersenyum.
Hal senada, juga dikatakan oleh Evan (27) yang kesehariannya merupakan seorang pekerja swasta.
Baca Juga: Kemenkes Ungkap Skema Vaksin Dosis Ketiga Booster, Benarkah Berbayar?
Ia mengatakan dirinya sama sekali belum pernah melakukan swab test PCR. Disinggung apakah karena ada trauma tindakan medis, ia menuturkan tidak ada trauma, hanya saja belum ingin melakukan swab PCR, karena dirinya belum ada merasakan gelaja-gejala Covid-19.
"Kalau takut sih nggak ya, saya belum mau test PCR ya karena belum ingin saja. Soalnya belum ada gejala Covid-19, makanya nanti saja mau test PCR-nya, atau kalau ada perjalanan ke luar kota baru saya lakukan Test PCR, kan syarat untuk perjalan luar kota harus PCR," ujarnya.
Sementara itu, ditemui di salah satu puskesmas yang berada di Jalan Pasundan, Kelurahan Jawa, Kecamatan Samarinda Ulu, pria bernama Pranoto (39) mengatakan dirinya lebih memilih swab antigen daripada harus menggunakan swab PCR.
"Kalau saya sih lebih milih swab Antigen, karena selain perbedaan harga, hasil dari swab antigen itu lebih cepat daripada swab PCR," ungkapnya.
Disinggung alasan kenapa lebih memilih swab antigen daripada swab PCR, karena adanya ketakutan dalam tindakan medis. Pranoto menambahkan, dari pribadinya sendiri tidak ada ketakutan dalam pengambilan sample PCR, walaupun memang pengambilan PCR itu dinilai banyak warga usai pengambilan sample merasa agak sakit karena harus mengambil sample dengan cara memasukkan alat pengambil sample ke dalam hidung.
"Kalau memang pertama pasti ada rasa takut sih, karena bayangi aja hidung dicolok-colok gitu. Tapi kalau lama kelamaan pasti sudah terbiasa. Cuma tetap takut sih.”
“Kalau saya milih tetap antigen saja, ya karena itu lebih murah, walaupun PCR sudah turun juga," sambungnya.
Kendati itu, ia berharap pemerintah bisa kembali menurunkan harga PCR. Walaupun memang harga PCR sudah mencapai Rp 495 ribu, namun baginya, belum semua masyarakat bisa menjangkau harga tersebut.
"Walaupun harga PCR sudah turun Rp 495ribu, tapikan banyak masih warga belum bisa melakukan PCR dengan harga segitu. Kalau bisa biaya PCR itu di gratiskan," imbuhnya.
Klinik di Samarinda Sudah Terapkan Aturan Pemerintah untuk Menurunkan Harga PCR
Salah satu klinik di Samarinda yakni, klinik Media Farma yang berada di Jalan Lambung Mangkurat, Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Utara mengaku, sudah menerapakan aturan Pemerintah Pusat untuk menurunkan harga test PCR.
Hal ini diungkapkan langsung oleh, Kepala Klinik Media Farma, dr. Ani Widyastuti saat dihubungi oleh melalui panggilan seluler.
Dr. Ani mengatakan, sesuai dengan keputusan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bahwa harga swab PCR yang mulanya berada dikisaran Rp 900 ribu, hingga Rp 1 juta, telah diturunkan menjadi Rp 525 ribu.
Bahkan, dr. Ani memberikan harga khusus kepada para customer untuk swab PCR di kliniknya. Yakni sebesar Rp 495 ribu.
"Alat PCR yang kami punya itu dikirim semua. Dan hasilnya itu, gak ada yang kami bedakan semuanya, pokoknya begitu jadi langsung kami keluarkan," ungkapnya.
Setelah adanya peraturan pemerintah tentang penurun harga swab PCR, dia mengatakan, dalam sehari kliniknya bisa mengeluarkan alat PCR rata-rata 50 sampai dengan 100 PCR.
"Kalau dulu belum ada peraturan pemerintah, hanya sedikit saja alat PCR yang terjual. Karena gini, kaitan PCR itu kan sesuai jumlah masyarakat yang terpapar Covid-19, dan yang akan melakukan perjalan," jelasnya.
Disinggung soal aturan pemerintah terkait penurun harga PCR berdasarkan dengan mereknya, dia mengatakan dirinya kurang paham. Pasalnya, itu merupakan rahasia sendiri dari lab-lab PCR.
"Kalau itu saya masih masih kurang, karena itukan rahasia dari pihak lab PCR yang membuatnya," ujarnya.
Untuk harga berdasarkan waktu keluarnya hasil PCR, dia kembali membenarkan bahwa memang ada klinik yang melakukan hal seperti itu. Namun dirinya menegaskan, harga cepat dan lama hasilnya PCR tetap sama dan tidak ada berubah-ubah.
“Mau itu kurang dari 12 jam, 24 jam, kami disini tidak membeda-bedakan harga, kami kirim sesuai dengan hasilnya kapan keluar, dan rata-rata hasil labnya itu semua kurang dari 12 jam," tandasnya.
Dinas Kesehatan Kaltim akan Beri Sangsi Kepada Klinik yang Tak Menurunkan Harga Test PCR
Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Provinsi Kaltim, dr. Padilah Mante Runa menegaskan, jika ada klinik yang belum sama sekali menurunkan harga test PCR, pihaknya tak akan segan untuk melaporkan hal tersebut kepada pihak berwajib.
"Gak boleh itu, karena sudah ada edarannya dari kemenkes bahwa harga test PCR harus diturunkan. Kalau memang ada laporan bahwa salah satu klinik belum menurunkan test PCR, langsung kami laporkan kepolisi," tegasnya.
Disinggung mengenai laporan harian uji sample PCR setelah ada peraturan pemerintah, dr. Padilah mengatakan pihaknya tidak merima uji sample. Namun, yang menerima hanya Diskes kabupaten/kota saja.
"Test PCR yang sekarang juga kebanyakan yang mandiri, misalnya, ada yang hanya ingin test saja, ada juga yang berangkat ke luar kota, baru mereka test PCR. Kalau program kan gratis semua," bebernya.
Dia juga menambahkan, jika nantinya ada lonjakan kembali kasus Covid-19 di Kaltim, pihaknya akan menyiapkan bebebarapa cara untuk menanggulangi penyebaran virus tersebut.
Bahkan rumah sakit rujukan Covid-19 yang ada di Samarinda menambahkan beberapa tempat tidur untuk pasien yang mengalami gejala Covid-19.
"Kami sudah membangun tempat isolasi terpadu (isoter). Bahkan tempat isoter kami sudah terisi 27%. Sesuai dengan instruksi Presiden kam agar pembangunan isoter harus lengkap semua.”
"Bahkan kami juga bekerjasama dengan perusahaan swasta untuk penanggulangan covid, mereka banyak nyumbang, ada sumbangan oksigen, sumbangan uang, dan banyak lah mereka membantu kita," pungkasnya.
Kontributor: Apriskian Tauda Parulian
Berita Terkait
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
-
Kembangkan Fasilitas Virtual Reality, BUMN Ini Hemat Miliaran Rupiah
-
Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
Tag
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Daftar Petinggi Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM), Viral Usai Video Razia RM Padang
- Penampilan Happy Asmara Saat Manggung Jadi Omongan Warganet: Semakin Hari Kelihatan Perutnya...
- Kecurigaan Diam-diam Paula Verhoeven sebelum Digugat Cerai Baim Wong: Kadang Chat Siapa Sih?
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
Pilihan
-
Terkuak! Ini Sosok Striker Keturunan yang Segera Dinaturalisasi Timnas Indonesia, Punya Darah Medan!
-
Batubara Ekspor Sumber Global Energy Dikomplain Vietnam karena Tak Sesuai Nilai Kalori
-
Harga Emas Antam Hari Ini Terpeleset Jatuh Rp30.000, Jadi Rp1.513.000/Gram
-
Meski Diupayakan, Menhub Tak Jamin Harga Tiket Pesawat Turun Jelang Nataru
-
Derbi Keturunan! Julian Oerip Cetak Gol Saat AZ Bantai Samuel Silalahi di UEFA Youth League
Terkini
-
Hadi Mulyadi: Pemprov Kaltim Terus Wujudkan Akses Pendidikan bagi Penyandang Disabilitas
-
Ekonomi Kaltim Tumbuh Stabil 5,52 Persen YoY, Sektor Listrik dan Gas Melonjak 18,74 Persen
-
Izin Kampanye di GOR Kadrie Oening Dihambat, Tim Isran-Hadi Protes Keras
-
Aroma Ketidakadilan di Debat Pilkada Kaltim? Tim Hukum Isran-Hadi Desak Transparansi KPUD
-
Beasiswa dan Sertifikasi, Program Isran Noor Dapatkan Respon Positif dari Gen Z