SuaraKaltim.id - Konsultasi psikologis dibayangi stigma kurang baik hingga kini. Pembicaraan kesehatan jiwa masih dianggap tabu di beberapa negara, atau wilayah. Bahkan yang melakukan bisa dicap negatif.
Momen Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada tanggal 10 Oktober menjadi waktu yang pas untuk mengkampanyekan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa.
Melansir dari Suara.com, Iman Hanggautomo, pendiri KALBU sebuah platform online untuk kesehatan mental masyarakat menjelaskan, di Indonesia terdapat beberapa kelompok yang rentan terhadap dampak pandemi Covid-19 bagi kesehatan jiwa. Di antaranya, kelompok usia dini seperti anak dan remaja, kalangan pekerja terutama mereka yang kehilangan pekerjaan dan kurang penghasilan, serta orang tua dan pasangan yang diharuskan terlalu sering bersama karena adanya pembatasan kegiatan.
“Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Keluhan kesehatan mental bahkan dapat memicu munculnya masalah pada kesehatan fisik. Seperti halnya fisik yang sakit harus diobati, maka mental yang sakit juga harus mendapatkan penanganan dari para ahlinya. Misalnya, melalui konsultasi dan terapi,” tegasnya, dikutip Senin (11/10/221).
Ia menambahkan, di Tanah Air kini sudah tersedia banyak platform untuk melakukan konsultasi psikologis via daring. Layanan ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
“Kita harus menghilangkan stigma negatif tentang konsultasi psikologis, bahwa kesehatan mental bukanlah hal yang tabu. Oleh karena itu, edukasi pentingnya kesehatan mental juga harus ditingkatkan sejak dini, misalnya dengan menyisipkan pendidikan tersebut ke dalam pelajaran sekolah,” tuturnya.
Menurutnya, efek pandemi terhadap peningkatan masalah kesehatan mental di Bumi Pertiwi, bisa dilihat dari jumlah konsultasi di psikolog. Di mana, jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar 3 kali lipat dari sebelumnya.
Menyadari pentingnya dukungan terhadap kesehatan mental masyarakat Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan Buku Panduan tentang Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS) 2021. Di dalam buku panduan tersebut dijelaskan tujuan memperingati HKJS, yakni guna meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa. Terlebih, di masa seperti sekarang ini, pandemi COVID-19 memberikan dampak besar bagi kesehatan jiwa masyarakat Indonesia dan dunia.
Buku tersebut menyebutkan data yang menunjukkan bahwa di masa pandemi COVID-19 terdapat kenaikan kasus depresi dan ansietas. Diketahui lebih dari 60 persen orang mengalami gejala depresi, lebih dari 40 persen mengalami disertai ide bunuh diri. Diperkirakan sekitar 32,6 persen-45 persen penduduk yang terkena COVID-19 mengalami gangguan depresi, sedangkan 10,5 persen-26,8 persen penyintas COVID-19 mengalami gangguan depresi.
Baca Juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Ini Tips Psikolog agar Tetap Sehat Mental
Selama pandemi lebih dari 60 persen orang mengalami gejala ansietas dan lebih dari 70 persen orang mengalami gangguan stres pasca trauma. Bahkan ketika berstatus positif COVID-19, sekitar 35,7 persen-47 persen orang mengalami gangguan ansietas, serta 12,2 persen mengalami gangguan stres pasca trauma. Sementara itu, bagi penyintas COVID-19 sekitar 12,3 persen-29,6 persen terkena gangguan ansietas, 25,1 persen-32,2 persen mengalami gangguan stres pasca trauma dan insomnia sebanyak 12,1 persen. Kemudian, seluruh penyintas COVID-19 diketahui mengalami gangguan tidur.
Bagi anak dan remaja sebagai salah satu kelompok yang rentan terdampak, dukungan orang tua sangat penting agar mereka dapat tumbuh sehat dan bahagia dalam situasi pandemi.
Psikolog anak, remaja, dan keluarga, sekaligus salah satu pendiri Ruang Tumbuh, Irma Gustiana Andriani menjelaskan, “Dukungan psikososial sangat dibutuhkan anak dalam situasi yang tidak biasa ini. Untuk menjaga kesehatan mental anak dalam kondisi sehat, orangtua harus mengkondisikan rumah sebagai tempat aman dan nyaman bagi anak adaptasi di masa pandemi.”
Menurut Irma, dukungan dapat diberikan melalui stimulasi, supervisi, pendampingan, juga pengawasan. Bila terdapat hambatan, katanya, orang tua sebaiknya segera melakukan intervensi, misalnya dengan konsultasi ke psikolog atau dokter anak.
Masalah kesehatan jiwa dan mental masyarakat yang cenderung meningkat di masa pandemi COVID-19, membutuhkan kesadaran dan perhatian bersama. Upaya memelihara kesehatan mental dinilai penting guna menjaga imunitas tubuh.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Hetifah Tekankan Pentingnya Satgas Anti-Kekerasan di Perguruan Tinggi
-
Hilirisasi Mineral dan Batubara Jadi Fokus Laporan Bahlil ke Prabowo
-
Bahlil Lahadalia Santai Tanggapi Teguran Menteri oleh Presiden Prabowo
-
Teddy Indra Wijaya Dinilai Jadi Penghubung Kunci antara Presiden dan Rakyat
-
Dua Sosok yang Paling Disorot di Kabinet Prabowo: Purbaya dan Teddy