SuaraKaltim.id - Kecamatan Sepaku yang kini dinobatkan sebagai Ibu Kota Negara (IKN) baru Indonesia semakin seksi dilihat oleh para investor. Banyak dari mereka yang tertarik untuk berinvestasi di wilayah dengan luas 1.172,36 kilometer persegi itu.
Menurut Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) PPU, Alimuddin mengatakan, investasi di wilayah dengan 11 desa dan 4 kelurahan itu meningkat sejak IKN ditetapkan.
"Investor atau pemilik modal mulai berdatangan setelah Sepaku ditetapkan lokasi IKN pada 2019," ujarnya melansir dari ANTARA, Selasa (14/12/2021).
Hal itu katanya memang sangat mempengaruhi nilai investasi. Bahkan, pengusaha yang berinvestasi di Benuo Taka berasal dari dalam dan luar daerah.
Dalam dua tahun terakhir saja, banyak pemilik modal yang masuk ke PPU, namun jumlahnya tentatif. Karena ada yang perizinannya di pemerintah pusat, sedangkan daerah hanya diberikan kuasa untuk mengawasi.
Investor yang menanamkan modalnya di dua tahun terakhir mencapai lebih kurang Rp 300 miliar. Angka itu mencakup sektor perkebunan, batu bara, jasa pelabuhan, hingga pengembang perumahan.
Penetapan wilayah Sepaku menjadi lokasi IKN Indonesia yang baru menurutnya, menyedot perhatian para pengusaha untuk berinvestasi, atau menanamkan modal usaha di wilayah 35,17 persen dari luas PPU.
"Investasi di sektor jasa pelabuhan juga mulai masuk Kabupaten Penajam Paser Utara, untuk mendukung pembangunan ibu kota negara baru termasuk sebagai jalur penyuplai material," ucapnya.
Masuknya investasi ke PPU secara otomatis bakal berdampak pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak maupun retribusi.
Baca Juga: Kritisi RUU IKN, Pengamat Ingatkan Pemerintah-DPR: Jangan Sampai Rusak Tatanan Negara!
Selain pendapatan dari dana bagi hasil (DBH) Migas, ia menjelaskan, pemerintah kabupaten akan mendapatkan keuntungan dari sektor pajak seperti Izin Mendirikan Bangunan( IMB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), serta retribusi.
Namun target nilai investasi yang masuk ke wilayah PPU di tahun ini, lebih kurang Rp 360 miliar. Sampai saat ini, dari angkat tersebut, yang terealisasi baru mencapai angka sekitar Rp 225 miliar.
"Belum tercapainya target investasi disebabkan masih banyak perusahaan yang terdampak akibat kondisi pandemi Covid-19, dan tidak hanya ada yang masuk tapi juga ada perusahaan yang berhenti beroperasi," tandasnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Skandal 17 Guru Besar di ULM: Rektor Janjikan Pembenahan Total
-
Koperasi Samarinda Tawarkan Beras Lokal untuk Ribuan Porsi MBG
-
Penghijauan Jadi Identitas Baru IKN, Penanaman Pohon Masuk Agenda Rutin
-
Sejak Kelas I SD, Bocah di Samarinda Diduga Dicabuli Hingga Kelas III
-
Pemprov Kaltim Pastikan Lahan Palaran Siap Bangun Sekolah Rakyat