SuaraKaltim.id - Hilir mudik mobil pickup mengangkut tangki air 1200 liter. Pemandangan ini sering terlihat di kawasan Jalan Gunung Steling, Kelurahan Gunung Samarinda Baru, Balikpapan Utara. Mobil pengangkut air itu berasal dari tempat usaha jual beli air bersih.
Mereka bagaikan juru selamat untuk warga Gunung Steling. Lantaran warga selama ini masih sulit mendapatkan air bersih yang mengaliri tiap rumah. Meskipun meteran air sudah terpasang di beberapa rumah. Air bersih justru tidak didapatkan warga.
"Di daerah sini memang banyak tidak lancar ngalir airnya. Paling sering itu jam 2 malam. Itupun cuma sampai jam 4 subuh. Kalau seperti tempat saya ini kecil airnya," ungkap Fitriansyah, warga RT 40 Kelurahan Gunung Samarinda, Kecamatan Balikpapan Utara.
Fitriansyah sudah lebih dari 20 tahun tinggal di gunung Steling. Selama itu pula dia kesulitan mendapatkan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, Fitriansyah lebih banyak memanfaatkan air hujan.
Baca Juga: Wings Air Layani Penerbangan Purbalingga-Pondok Cabe Setiap Hari Jumat
"Kalau untuk mandi ya pakai air hujan ditampung di drum. Kalau untuk konsumsi, makan, minum ya mesti beli air. Biasanya Rp 70 ribu satu tandon yang 1200 liter. Sebulan ada dua kali beli," ujar pria paruh baya itu.
Komplain sudah sering dia layangkan. Petugas datang untuk memperbaiki jaringan kemudian lancar. Tapi tetap saja hanya malam hari mengalirnya. "Pagi sampai siang tidak pernah sama sekali ngalir. Ya kadang bergadang, atau tinggal saja tidur pasti cuma dapat satu drum," tambah Fitri.
Hal serupa juga dirasakan Muhamad Fajar, warga RT 28 Kelurahan Gunung Samarinda, Balikpapan Utara. Selama 15 tahun lamanya dia tinggal di kawasan tersebut, air sangatlah sulit didapatkan. Berulang kali dia mengajukan untuk pemasangan, namun baru tahun ini bisa diterima.
"Ya setelah lapor RT, terus ramai-ramai ke sana baru kita diterima pengajuan. Tapi masih proses sepertinya," kata eks pekerja perminyakan itu.
Bahkan Fajar pernah membuat sumur. Dengan mengebor hingga kedalaman 53 meter. Biaya yang dikeluarkan hingga Rp 16 juta. Semua itu dilakukan demi dapat air bersih. Sekarang dia tak lagi memanfaatkan sumur, mengingat cukup berisiko.
"Sumur takutnya nanti meluber ke mana-mana. Jadi sekarang ikut tetangga untuk dapat air. Bayarnya bagi dua setiap bulan," katanya.
Berita Terkait
-
Update Harga Tiket Sari Ater, Pemandian Air Panas dengan Panorama Memikat
-
Harga Tiket Kolam Renang Air Panas Tirta Camelia Pangalengan, Viral di TikTok Jadi Tempat Estetik
-
20 Ribu Warga Berkunjung ke TMII, Air Mancur Goyang dengan Drone Show Digelar Selama Libur Lebaran
-
Ditanya Banjir Sampai Sampah saat Halalbihalal ke Megawati, Pramono: Alhamdulillah Bisa Kita Jawab
-
Tak Lagi Khawatir Kekeringan Air, Pertamina Bangun Sanitasi Air Bersih di 131 Daerah
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
Pilihan
-
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
-
Libur Lebaran Usai, Harga Emas Antam Merosot Rp23.000 Jadi Rp1.758.000/Gram
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali
-
Nova Arianto: Ada 'Resep Rahasia' STY Saat Timnas Indonesia U-17 Hajar Korea Selatan
Terkini
-
BBM Diprotes Warga, Rudy Masud Ngintip Isi Tangki SPBU
-
Efek THR dari Pemprov Kaltim: Kunjungan Museum Mulawarman Melonjak 50 Persen
-
12.950 Warga Kunjungi KIPP IKN dalam Sehari, Antusias Lihat Proyek Ibu Kota Baru
-
2.000 Warga Bontang Dapat Kesempatan Kuliah Gratis, Program Dimulai September
-
PW KAMMI Kaltimtara Desak Investigasi Dugaan BBM Oplosan di SPBU Samarinda