Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Rabu, 10 Agustus 2022 | 16:25 WIB
Gas elpiji 3 kilogram yang diserbu di Balikpapan. [Inibalikpapan.com]

SuaraKaltim.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan bersama Hiswana Migas dan stakeholder terkait akan membahas kelangkaan gas elpiji 3 kilogram (Kg) yang terjadi pada pekan ini.

Pembahasan tidak hanya menyoal harga eceran tertinggi (HET) elpiji 3 kg Rp 19 ribu, namun juga mengenai pengguna dan pola pengawasan di lapangan.

Kepala Dinas Perdagangan (Kadisdag) Balikpapan Arzaedi Rachman mengungkapkan, pihaknya akan membahas soal elpiji 3 kg pada Rabu ini bersama Bagian Perekonomian, Hiswana Migas dan stakeholder.

“(Rabu) aku rapatkan rencana sidak ke pangkalan dan restoran,” ujarnya, dikutip dari Inibalikpapan.com--Jaringan Suara.com, Rabu (10/8/2022).

Baca Juga: Satu Tahun Alih Kelola, PHR Sukses Tingkatkan Produksi Migas WK Rokan

Terpisah Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian Budi Mulyatno membenarkan informasi tersebut.

“(Rabu) kami rapat dgn opd terkait dan pihak2 lain, termasuk Hiswana migas yang difasilitasi oleh disdag,” tuturnya dalam pesan singkat kepada jaringan media ini.

Disinggung soal HET untuk gas elpiji 3 kg, Budi menyebutkan pada harga Rp 19 ribu untuk wilayah Balikpapan, Samarinda dan Kukar.

” Ya Rp 19 ribu. Kenaikannya yang sama untuk 3 kabupaten kota (Balikpapan, Samarinda dan Kukar). Secara resmi nanti akan ditetapkan oleh Provinsi Kaltim, khususnya di Biro Perekonomian Pemprov Kaltim,” terang Budi yang belum lama menjabat Kabag Perekonomian.

Dihubungi terpisah Manager Communication Related and CSR Patra Niaga Kalimantan Susanto August Satria menyatakan, penyaluran normal bahkan dalam minggu ini akan ditambah stoknya.

Baca Juga: Proyek Pipa Transmisi Gas Bumi Cirebon-Semarang Tahap I Mulai Dibangun

Pihaknya menyoroti penjualan gas elpiji 3 kg dari pangkalan banyak disalurkan ke warung atau pengecer sehingga gas tertimbun di pengecer.

“Makanya mas, aku butuh informasi yang bener-benar ketangkap tangan. Kemarin sabtu begitu dapat laporan, langsung turun sanksi,” tandasnya.

Satria meminta kepada pangkalan untuk menjual elpiji 3 kg sesuai ketentuan.

”Sesuai HET, sesuai kategori masyarakat miskin. Apabila ada pangkalan yang tidak mengindahkan peraturan yang telah dibuat maka Pertamina tidak segan memberikan pembinaan berupa sanksi skorsing hingga pemutusan hubungan usaha,” tegasnya.

Seorang Penjual gas elpiji di Pangkalan Kampung Baru Ujung menuturkan, tiap kali gas datang langsung diserbu warga. Bahkan ada yang dari daerah luar Kampung Baru.

”Kayak semalam datang langsung habis. Mereka dah tunggu sejak siang biasanya datang sore ini malam. Langsung habis,” kata Paman Lani yang mendapatkan 100 tabung tiap hari.

”Yang beli itu ada yang dari kilo. Kita menjual kepada warga yang antri dan mendaftar pakai KTP. Kita jual sesuai HET 19 ribu. Tapi memang yang datang dari mana-mana,” ucapnya.

Diakui dari mereka, yang mengantri ada yang dijual kembali seperti pengecer atau warung. Kemudian mereka juga menaikkan harga untuk mencari keuntungan.

”Kalau warung itu beli dijual harganya bisa Rp 35 ribu sampe Rp 40 ribu. Kita jual sini segitu Rp 19 ribu. Kita batasi satu tabung perorang,” tandasnya.

Lebih lanjut, atas temuan ini pangkalan diberikan skorsing.

“Kemarin Sabtu saya dapat laporan ada pangkalan yang nakal karena jual ke pengecer dalam jumlah banyak dan sudah kita skorsing. Saya butuh informasi kalau memang ada pangkalan yang misalnya baru aja dikirim Gas 3 kg oleh agen lalu tiba-tiba habis sekejap dan mencurigakan agar kirim infonya. Supaya kita kasih pembinaan,” jelasnya.

Load More