Scroll untuk membaca artikel
Bella
Minggu, 14 Agustus 2022 | 19:50 WIB
Roni penjual bendera merah-putih musiman dari kota Garut mengemper di Jalan Soekarno-Hatta km 3,5 Balikpapan. (suara.com/ Arif Fadillah)

SuaraKaltim.id - Sudah dua puluh tahun lamanya Roni Jaelani mencari peruntungan menjual bendera merah-putih. Menjadi pedagang musiman tak masalah baginya. Terpenting anak dan istrinya di Garut, Jawa Barat tetap terpenuhi kebutuhan setiap harinya.

Roni merupakan warga Garut yang cukup lama akrab dengan kota Balikpapan. Lantaran hampir tiap tahun sejak dirinya berusia 20 tahun, rutin ke Kota Minyak untuk menjajakan bendera.

Garut memang dikenal sebagai salah satu kota konveksi. Selain industri, juga banyak pengrajin bendera merah-putih.

"Mulai dari usia 20 tahun. Dari bujangan sampai punya anak dua saya ke Balikpapan setiap momen 17an," katanya kepada suara.com, Minggu. (14/8/2022).

Baca Juga: Korban Tewas Kecelakaan Maut di Jalur Tengkorak Cianjur-Sukabumi Bertambah, Tiga Orang Masih Alami Luka Berat

Tentunya setiap menyambut HUT RI dagangan Roni bisa jadi incaran warga yang melintas di Jalan Soekarno-Hatta km 3,5 Balikpapan Utara. Roni sebenarnya tak sendiri, dia rombongan dari Jawa Barat ke Balikpapan demi mencari sesuap nasi dengan menjual bendera merah-putih.

"Dari bulan Juli kemarin datang. Naik kapal laut dari Surabaya, sampai ke Balikpapan dua hari," tambah Roni.

Terik matahari yang menyengat sudah akrab bagi Roni. Karena dia yakin Balikpapan juga cukup akrab dengan dirinya sebagai pedagang bendera. Pantas saja, dia membawa sebanyak 100 kodi bendera dengan berbagai ukuran. Satu kodi sama dengan 20 buah. Bisa habis dalam kurun waktu sebulan.

Setiap tahun Roni selalu membawa pundi-pundi rupiah yang cukup. Keuntungannya berlimpah. Bisa mencapai Rp 8 juta hingga Rp 10 juta. Hanya dengan jual bendera merah-putih dari akhir Juli hingga akhir Agustus. Baik saat pandemi COVID-19 maupun sekarang ini.

"Pandemi dua tahun kemarin tetap jualan juga. Ke sini juga, karena saingan pasti sedikit kalau pas pandemi. Tapi sekarang juga lumayan lah. Sehari macam-macam, bisa Rp 500 ribu, paling besar ya Rp 2 juta," kata pria 40 tahun itu.

Baca Juga: Lima Orang Meninggal Dunia dan 4 Mengalami Luka Berat Akibat Kecelakaan Maut di Jalan Tengkorak Sukabumi-Cianjur

Selama di Balikpapan, Roni bersama 20an temannya yang lain menyewa rumah sebagai tempat tinggal sementara. Dengan biaya Rp 3 juta sudah mendapatkan lebih dari lima kamar di kawasan Sumber Rejo.

Lamanya berjualan di Kota Minyak membuat Roni mempunyai pelanggan tetap. Karena itu dia tak pernah berganti ke kota lain. Mengingat sejauh ini berjualan di Balikpapan tak pernah mendapatkan masalah. "Aman aja di Balikpapan ini, nyaman jadi ke sini aja kalau tiap Agustus. Pernah coba ke kota lain, kurang cocok," katanya.

Setelah sebulan berjualan, Roni balik ke kampung halamannya di Garut dengan kapal laut. Profesinya sebagai penjual bendera hanya berlaku saat Agustusan saja. "Ya, hari-hari bertani aja di kampung. Urusin kebon," tutupnya.

Kontributor: Arif Fadillah

Load More