SuaraKaltim.id - Subsektor perkebunan di Kalimantan Timur (Kaltim) pada 2021 memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap penurunan emisi gas. Yakni mencapai 48,94 persen atau sebesar 6,73 juta ton karbondioksida equivalent (CO2eq).
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim Ujang Rachmad belum lama ini.
"Subsektor perkebunan memberikan kontribusi sebesar 6,73 juta ton CO2eq atau berkontribusi sebesar 48,94 persen dari 13,7 juta ton CO2eq yang harus diturunkan Kaltim tahun 2021," ujarnya, melansir dari ANTARA, Rabu (12/10/2022).
Sementara untuk total penurunan emisi Kaltim pada 2021 sebesar 41,96 persen dari target 2021 sesuai dengan dokumen Rencana Aksi Daerah dalam penurunan Gas Rumah Kaca (RAD GRK) 2010-2030 yang sebesar 27,75 persen.
Dari keberhasilan menurunkan emisi karbon ini, Kaltim akan mendapat kompensasi dari World Bank sekitar 110 juta dolar.
Sebelumnya, Pemprov Kaltim mengirim surat ke World Bank, yakni pada 26 September 2022 dan ditandatangani Sekjen KLHK. Isinya, meminta uang muka sebesar 20 persen dari 110 juta dolar AS atau senilai 20,9 juta dolar yang diperkirakan cair pada akhir November ini.
Menurutnya, dalam membangun perkebunan, pihaknya menerapkan prinsip perkebunan berkelanjutan. Yakni, tetap mengedepankan pembangunan hijau atau ramah lingkungan, sehingga selain mendapat keuntungan dari hasil kebun juga dari hasil perdagangan karbon.
Pengembangan perkebunan di Kaltim, lanjutnya, dituntut untuk terus memenuhi prinsip berkelanjutan guna menjalankan peran strategis dalam pembangunan ekonomi, ekologi, dan sosial.
Permintaan ini tidak datang dari luar negeri, tetapi karena memang merupakan kesadaran dan komitmen pemerintah daerah untuk melaksanakan pembangunan dengan menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Baca Juga: Pasien Covid-19 di Kaltim Bertambah 36 Orang, Balikpapan Masih Zona Merah
"Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sektor perkebunan diharapkan dapat menjadi sektor ekonomi pengganti usaha ekstraktif, karena ekonomi Kaltim saat ini masih mengandalkan dari sumber daya alam yang tidak terbarukan," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
Terkini
-
Penerapan MBG Berdampak Positif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat
-
Roda Perekonomian UMKM dan Warga Berputar Berkat Program MBG
-
Ribuan Paket MBG Disalurkan untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumbar
-
Malam Tahun Baru di Balikpapan Lebih Berwarna dengan Pesta 4 Zone Studio
-
Kepala Daerah Sangat Berperan di Program MBG, Nanik: Jadi Conductor dan Arranger