Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Yunus
Sabtu, 04 Maret 2023 | 16:07 WIB
Arus penumpang kapal kelotok di Pelabuhan Kampung Baru Balikpapan [Suara.com/Arif Fadillah]

SuaraKaltim.id - Waktu menunjukkan pukul 10.30 Wita. Matahari sedang terik-teriknya. Pria paruh baya tampak mondar-mandir. Menarik tali tambang kapal bermuatan penumpang dan sepeda motor.

Tali kemudian diikatkan di dermaga kayu ulin dengan ikatan simpul. Kayu ulin berasal dari pohon ulin. Salah satu pohon yang terkenal dari hutan Kalimantan Timur dengan ciri kayu yang keras dan kuat, warna gelap, dan tahan terhadap air laut.

Orang itu adalah Suparman. Warga Balikpapan yang sudah 10 tahun bekerja di Pelabuhan Kampung Baru. Sebagian orang menyebut pelabuhan itu dengan sebutan "Pelabuhan Speed".

Karena selain kapal kelotok, juga ada kapal speed boat. Bagi penumpang yang ingin mengejar waktu atau tak membawa kendaraan.

Baca Juga: Hadi Mulyadi Sebut Peluang Usaha dan Investasi Terbuka Lebar karena IKN Nusantara

Hari-hari dia di pelabuhan. Mencari rezeki yang halal, agar bisa menghidupi istri dan anak-anaknya. Selama 10 tahun juga Suparman punya kerjaan mengatur berlabuhnya kapal kelotok.

Kapal yang terbuat dari kayu, mampu menampung sekitar lebih dari 10 penumpang. Sisi depan kapal bisa dimuat lebih dari lima sepeda motor.

Tapi tahun 2023 ini bagi Suparman jumlah penumpang tidak berbanding jauh dengan masa pandemi COVID-19. Jauh dari harapan. Lebih tepatnya sepi.

Sekalipun hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara atau PPU. Sama sekali tak berpengaruh positif pada arus penumpang, yang diprediksi mengalami peningkatan.

"Iya ini lagi sepi. Beberapa bulan ini sepi penumpang. Ada IKN juga sama saja, tidak Ada peningkatan penumpang. Sama saja sepinya," ujar Suparman.

Baca Juga: DPD Papdesi Kaltim Gelar Musda Hingga Diskusi Kebangsaan dan IKN

Dalam sehari Suparman hanya mendapatkan upah Rp50 ribu. Upah paling besar bisa mencapai Rp 100 ribu. Dia mendapatkan upah dari juragan kapal.

Load More