Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 22 April 2025 | 20:04 WIB
Peringatan Hari Bumi 2025 oleh XR Kaltim Bunga Terung, IMAPA Unmul dan MAPALA UMKT di lubang tambang [Ist]

Kelurahan Makroman, Kecamatan Sambutan, menjadi salah satu contoh nyata dampak buruk tambang.

Kawasan yang dulu dikenal sebagai lumbung pangan kini mengalami degradasi serius.

Sawah yang dahulu subur kini kerap banjir karena lumpur tambang dan kekeringan saat musim kemarau.

Ironisnya, sebagian petani bahkan menggantungkan irigasi mereka pada air dari lubang bekas tambang.

Baca Juga: Dulu Hutan, Kini Tambang: Orangutan Ini Terjebak di Tengah Kerusakan Alam Kutim

Makroman kini menjadi simbol perlawanan tiga komunitas tersebut.

Tragedi ekologis di sana dianggap bukan hanya sebagai akibat kelalaian perusahaan, tetapi juga kegagalan pemerintah dalam menegakkan regulasi dan melindungi warga.

“Lubang tambang ini bukan hanya sekadar lubang di tanah. Ia adalah simbol dari ketidakadilan, ketidakpedulian, dan kebohongan besar industri ekstraktif yang terus diulang dari tahun ke tahun,” tegas XR Kaltim Bunga Terung dalam pesan reflektifnya.

XR Kaltim Bunga Terung juga mencatat bahwa setiap tahun janji perubahan dan reklamasi selalu disuarakan oleh pemerintah dan industri tambang.

Namun kenyataannya, upaya tersebut dinilai hanya formalitas tanpa dampak nyata.

Baca Juga: Dihantui Debu, Bising, dan Longsor: Warga Sanga-Sanga Menjerit di Tengah Gempuran Tambang

Perusahaan tambang dan pemerintah dinilai kerap menyampaikan klaim mengenai alokasi dana untuk masyarakat dan lingkungan.

Load More