Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Selasa, 13 Mei 2025 | 14:18 WIB
Longsor yang terjadi di lereng inlet tunnel Jalan Sultan Alimuddin pasca Samarinda diguyur hujan deras pada Senin, 12 Mei 2025. [Presisi.co]
  1. Pemasangan terpal dan sistem pengamanan SWA untuk mencegah longsor susulan;
  2. Pembobokan dan pembersihan shotcrete menggantung, guna menghindari jatuhnya material;
  3. Pemasangan shotcrete dua lapis dengan wiremesh di antaranya, untuk memperkuat struktur lereng secara permanen;
  4. Monitoring lanjutan terhadap pergerakan tanah dan geologi lereng pasca-intervensi darurat.

“Ini bukan hanya soal memperbaiki lereng yang rusak. Ini soal membangun sistem perlindungan jangka panjang agar kejadian serupa tidak terulang,” tegas Desy.

Terowongan Sultan Alimuddin, Samarinda. [Ist]

Dibangun dengan Standar Tinggi, Terowongan Pertama di Kalimantan

Terowongan Samarinda adalah proyek pembangunan terowongan lalu lintas pertama di Kalimantan yang dibangun oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda.

Terowongan ini terletak di Jalan Kakap, Kelurahan Selili, Kecamatan Samarinda Ilir, dan menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin menuju pusat kota.

Baca Juga: Pasar Subuh Digusur, Wali Kota Andi Harun: Kami Tak Ingin Kota Dipenuhi Pasar Bau dan Becek

Tujuan Pembangunan

  • Mengurai kemacetan: Terowongan ini diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas yang sering terjadi di kawasan Gunung Manggah dan Jalan Otto Iskandardinata, terutama setelah dibukanya Jembatan Achmad Amins yang meningkatkan volume kendaraan.
  • Memperlancar mobilitas: Dengan adanya terowongan, diharapkan arus lalu lintas menjadi lebih lancar dan waktu tempuh berkurang.
  • Meningkatkan aksesibilitas: Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas dari dan menuju pusat Kota Samarinda.

Detail Proyek

  • Panjang: Panjang terowongan utama sekitar 400 meter, dengan total panjang keseluruhan termasuk jalur akses mencapai sekitar 690-700 meter.
  • Lebar dan Tinggi: Terowongan memiliki lebar dan tinggi masing-masing sekitar 15 meter.
  • Anggaran: Biaya pembangunan terowongan ini mencapai sekitar Rp 395 miliar yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Samarinda.
  • Progres: Hingga Mei 2025, progres pembangunan terowongan dilaporkan telah mencapai lebih dari 85%. Sempat terjadi longsor di bagian inlet terowongan akibat hujan deras, namun struktur utama terowongan dinyatakan aman.
  • Target Operasional: Uji coba terowongan direncanakan pada Mei 2025 dan ditargetkan dapat beroperasi penuh setelah mendapat persetujuan dari Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementerian PUPR.

Fitur Keamanan

Terowongan ini dirancang dengan standar keamanan yang tinggi dan dilengkapi dengan berbagai fitur, termasuk:

  • Jet fan: Untuk sirkulasi udara dan penanganan kondisi darurat.
  • Hydrant: Untuk memadamkan api jika terjadi insiden.
  • Sistem drainase: Untuk mencegah genangan air.

Penguatan struktur: Menggunakan steel ribs, penyemprotan beton, dan angkur di area rawan longsor.
Pembangunan terowongan ini merupakan proyek pertama yang diinisiasi oleh pemerintah daerah di Indonesia, dan diharapkan dapat menjadi solusi signifikan untuk masalah kemacetan di Kota Samarinda.

Baca Juga: Diuji Kampus Lokal, Pertamax di SPBU Samarinda Ternyata Tak Standar

Load More