Scroll untuk membaca artikel
Denada S Putri
Minggu, 01 Juni 2025 | 17:36 WIB
Salah satu tarian tradisional yang ditampilkan pada Nusantara Culture Festival. [ANTARA]

SuaraKaltim.id - Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur (Kaltim) diklaim bukan cuma dirancang sebagai pusat pemerintahan baru, tetapi juga sebagai poros peradaban Indonesia yang berakar kuat pada nilai-nilai budaya.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan pentingnya menjadikan IKN sebagai rumah besar bagi keragaman budaya bangsa.

Hal itu disampaikan Fadli Zon saat ia menghadiri Festival Budaya Nusantara di kawasan KIPP IKN, Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Sabtu, 31 Mei 2025.

"IKN bukan sekadar pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai rumah bersama kebudayaan Indonesia," ujarnya, disadur dari ANTARA, Minggu, 1 Juni 2025.

Baca Juga: IKN Dihantui Praktik Prostitusi Daring, Satpol PP PPU Lakukan Patroli Khusus

Festival tersebut menjadi langkah awal dalam membangun ekosistem budaya yang inklusif dan berkelanjutan di kawasan IKN.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini mengusung tema "Nusantara adalah kita, kita adalah Nusantara", melibatkan 500 peserta dari 23 kontingen daerah, dan menyuguhkan seni pertunjukan, tradisi, kuliner, hingga kerajinan tangan dari berbagai penjuru negeri.

"Festival budaya itu wujud komitmen membangun ekosistem kebudayaan di IKN, kami apresiasi diselenggarakan festival sebagai wadah pelestarian budaya," tambah Fadli.

Pemerintah, menurutnya, tengah membangun landasan kultural yang kuat di tengah pembangunan fisik IKN.

Otorita IKN berperan penting dalam membuka ruang ekspresi bagi komunitas budaya dan seniman dari seluruh Indonesia.

Baca Juga: Daya Saing IKN Ditingkatkan, Pemerintah Bidik Investor Global Lewat 9 Sektor Prioritas

Ia menekankan bahwa arah kebijakan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berpihak pada kebudayaan sebagai soft power bangsa dan pilar identitas nasional.

"Pemerintah mengajak seluruh elemen masyarakat menjadikan IKN bukan hanya sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai pusat peradaban Indonesia yang menerangi dunia dengan cahaya kebhinekaan, kearifan, dan kebudayaan," tegasnya.

Fadli juga mendorong agar Festival Budaya Nusantara tidak berhenti sampai di sini. Ia berharap ke depan dapat digelar Karnaval Budaya Nusantara yang lebih besar dan lebih luas cakupannya.

Festival ini dibuka dengan pembacaan sastra tutur Betore dari Suku Paser—salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia—dan turut diramaikan oleh pelaku UMKM dari Kaltim yang menampilkan produk budaya kreatif dari berbagai daerah.

Bagi Fadli, arah pembangunan IKN harus sejalan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan serta Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2023 tentang Ibu Kota Negara.

Maka, semangat kebudayaan harus menjadi fondasi dari ibu kota masa depan ini.

Fadli Zon Dorong Pelestarian Budaya Kaltim: Festival, Film hingga Situs Sejarah Masuk Sorotan!

Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menekankan pentingnya pelestarian budaya lokal Kalimantan Timur (Kaltim) sebagai bagian dari pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045.

Hal itu dinyatakan politikus Gerindra itu saat melakukan kunjungan kerja ke Kaltim dalam rangka meresmikan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIV, serta meninjau langsung sejumlah situs budaya, Jumat (30/5/2025).

Salah satu sorotan utama Fadli Zon adalah upaya pelindungan dan pemanfaatan budaya tradisional melalui berbagai pendekatan kreatif dan kolaboratif.

Fadli mengutip pasal 28 I Ayat 3 UUD 1945 tentang penghormatan terhadap identitas budaya dan hak masyarakat tradisional. Ia menekankan bahwa peran Kementerian Budaya adalah untuk melindungi, mengembangkan, dan membina kebudayaan nasional.

“Dengan budaya inilah kita bisa memajukan wilayah, sekaligus memperkenalkan kepada dunia melalui perjalanan di Kaltim,” katanya dalam kuliah umum bertajuk “Menggali Kearifan Lokal: Perbandingan Hukum Adat dan Kearifan Lokal dalam Masyarakat Modern” di Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT).

Sebagai provinsi yang akan menjadi pusat pemerintahan baru melalui Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur memiliki potensi budaya yang luar biasa.

Festival Erau, misalnya, tetap menjadi tradisi ikonik yang digelar tiap tahun di Kutai Kartanegara.

Selain itu, lebih dari 30 warisan budaya tak benda telah diakui secara nasional, seperti Pentengan Gambus Paser, Naek Ayun, dan Tarsul Kutai.

Salah satu bukti penting sejarah Kaltim adalah prasasti Yupa, peninggalan Kerajaan Kutai yang menjadi simbol tertua eksistensi masyarakat literasi di Nusantara.

Prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta, mengindikasikan tingginya nilai peradaban lokal di masa lampau.

Tak hanya peninggalan fisik, keberagaman budaya lokal di Kalimantan Timur juga tercermin dari suku-suku yang mendiami wilayah ini.

Data BPS tahun 2022 menunjukkan bahwa suku Jawa mendominasi populasi dengan 30,24 persen, diikuti suku Bugis (20,81 persen), Banjar (12,45 persen), Dayak (9,94 persen), dan Kutai (7,8 persen). Ketiga suku asli—Dayak, Kutai, dan Banjar, berperan penting dalam menjaga tradisi dan melestarikan kebudayaan lokal.

Menurut Fadli, potensi budaya bisa dikenalkan melalui media modern seperti film. Ia mendorong mahasiswa untuk membuat film pendek, dokumenter, hingga film layar lebar yang bisa mengangkat ekspresi budaya lokal secara lebih luas dan modern.

“Ekspresi budaya bisa dalam bentuk film, seni rupa, tari, wastra, hingga kuliner. Ini adalah bagian dari cara kita mengangkat budaya Kaltim ke level nasional bahkan internasional,” katanya.

Mantan Wakil Ketua DPR RI itu juga menyebutkan pentingnya peran taman budaya dan museum daerah sebagai pusat edukasi dan konservasi budaya.

Ia berharap keberadaan Balai Pelestarian Kebudayaan XIV di Kaltim mampu meningkatkan indeks kemajuan kebudayaan daerah secara signifikan.

Salah satu titik yang ditinjau langsung oleh Fadli adalah Masjid Shiratal Mustaqiem, cagar budaya yang dibangun pada 1881.

Bangunan ini terbuat dari kayu ulin khas Kalimantan dan masih difungsikan sebagai tempat ibadah serta destinasi wisata religi.

“Masjid ini cukup terawat. Tapi tentu tetap perlu perawatan berkala dengan memperhatikan keaslian bahan dan struktur bangunannya. Apalagi di sini juga ada mushaf Al-Qur’an yang diduga ditulis pada abad ke-18. Itu sangat berharga,” ucapnya usai menunaikan shalat Jumat.

Dalam proses pelestariannya, renovasi terhadap bangunan cagar budaya harus mengacu pada peraturan perundang-undangan dan memerlukan izin khusus, baik dari pemerintah daerah maupun Balai Pelestarian Cagar Budaya, tergantung level administratifnya.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, Rahmat Ramadhan mengatakan, kunjungan Fadli Zon menjadi momentum penting untuk mempererat sinergi antara pusat dan daerah.

“Ini bukan hanya simbol dukungan, tapi juga peluang besar untuk mengembangkan kolaborasi pelestarian budaya ke depannya,” ujarnya.

Selain menjadi pusat ibadah, Masjid Shiratal Mustaqiem kini juga menjadi titik penting dalam promosi wisata budaya Kalimantan Timur, menarik perhatian tidak hanya dari masyarakat lokal tetapi juga wisatawan nusantara.

Dengan pembangunan IKN dan arus modernisasi yang kian cepat, pelestarian budaya lokal Kalimantan Timur menjadi tantangan sekaligus peluang.

Pemerintah pusat berharap peran generasi muda dapat menjadi kunci dalam menarasikan kembali kekayaan warisan budaya Kaltim ke dalam bentuk yang lebih adaptif dan inklusif.

Load More