Denada S Putri
Minggu, 03 Agustus 2025 | 22:20 WIB
Ilustrasi bantuan makanan ke masyarakat sekitar (Unsplash.com/Deski Jayantoro)

SuaraKaltim.id - Upaya perlindungan terhadap kelompok rentan di wilayah terdampak kekeringan kembali digencarkan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Pada Minggu, 3 Agustus 2025, tim gabungan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Kesehatan Kaltim (Dinkes) diberangkatkan ke Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) guna menyalurkan 100 paket bantuan gizi bagi ibu hamil dan balita.

Bantuan difokuskan pada warga di kecamatan yang mengalami dampak paling berat dari musim kemarau berkepanjangan, seperti Tiong Ohang, Long Apari, dan Long Pahangai.

Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Jaya Mualimin, merinci bahwa bantuan yang dikirim terdiri atas makanan tambahan serta dukungan kesehatan lainnya.

“Termasuk vitamin dan obat-obatan juga kami siapkan,” ujar Jaya, disadur dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, di hari yang sama.

Sebanyak 50 paket diperuntukkan untuk bayi dan balita, sementara 50 lainnya difokuskan pada ibu hamil.

Bantuan ini disertai pengiriman tiga tenaga medis yang akan memastikan distribusi berlangsung tepat sasaran, bekerja sama langsung dengan jajaran Dinas Kesehatan Mahulu.

Selain penyaluran logistik, layanan kesehatan di Mahulu juga diperkuat dengan keberadaan enam puskesmas induk dan dua rumah sakit yang terus aktif beroperasi di tengah ancaman kekeringan yang membayangi daerah hulu tersebut.

Ketua Tim Kerja Krisis dan KLB Dinkes Kaltim, Adi Permana, mengatakan bantuan diangkut menggunakan kendaraan darat karena keterbatasan akses sungai akibat surutnya air.

Baca Juga: Dorong Kemandirian Pangan, Mahulu Bangun Sistem Pertanian Terstruktur Tiap Kampung

“Tiga personel yang berangkat terdiri atas perawat, tenaga farmasi, dan layanan kesehatan,” jelas Adi.

Pengiriman bantuan kali ini menjadi tantangan tersendiri karena medan yang berat.

Jika sebelumnya distribusi dilakukan lewat jalur air menggunakan kapal besar, kondisi sungai yang mengering membuat opsi itu tak lagi memungkinkan.

“Kalau sebelumnya kami bisa menyerahkan bantuan menggunakan kapal besar, sekarang tidak memungkinkan. Ini yang membuat mobilisasi logistik menjadi tantangan tersendiri,” tutupnya.

Load More