SuaraKaltim.id - Pilkada Kutai kartanegara (Kukar) berpotensi hanya memunculkan calon tunggal, yakni pasangan petahana Edi damansyah - Rendi Solihin.
Pasangan ini diusung sembilan partai besar pemilik kursi DPRD Kukar, dan telah mendaftar ke KPU setempat pada Jumat, 4 September 2020.
Nyaris tanpa lawan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyatakan siap bergerak mengampanyekan kotak kosong.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI Kukar, Bakri menyatakan sikap PSI bukan tanpa alasan. Dia menyayangkan seluruh kursi DPRD Kukar merapat ke Edi - Rendi, padahal demokrasi itu adalah kesempatan bagi rakyat untuk memilih calon pemimpinnya.
Baca Juga:Akhirnya! PSI Dukung Keponakan Prabowo di Pilkada Tangsel
“Jika hanya ada satu kandidat, seolah kita dipaksa untuk memilih pasangan calon tersebut. Ini tidak baik untuk demokrasi,” kata Bakri, Minggu (6/9/2020).
Bakri menjelaskan, istilah pesta demokrasi yang didengungkan di setiap momen pemilihan, baik Pemilu maupun Pilkada, Bakri menyebut kini menjadi sangat hambar. Tak ada pesta, yang ada hanya kampanye satu arah, tanpa pembanding. “Calon tunggal membunuh demokrasi,” sebutnya.
Menurut Bakri, partai politik yang punya kesempatan mencalonkan kepala daerah seperti terkesan gagal membangun kaderisasi. Padahal partai politik adalah harapan masyarakat untuk melahirkan calon-calon pemimpin terbaik, baik di daerah maupun di tingkat nasional.
“Sebagai partai politik senior, saya kira tidak seharusnya mereka mengekor pada satu pasangan calon. Semoga mereka masih bisa berfikir ulang demi kebaikan demokrasi di Kutai Kartanegara,” katanya.
DPD PSI Kutai Kartanegara, kata Bakri, menyayangkan sikap pasangan Edi-Rendi yang memilih merangkul semua partai politik. Seharusnya, sebagai petahana, Edi Damansyah memberikan ruang bagi calon lain untuk ikut kontestasi.
Baca Juga:PSI Duga Ada Korupsi Pengadaan Robot Damkar DKI, KPK Diminta Turun Tangan
Semakin banyak calon, paparnya, semakin banyak pilihan untuk masyarakat. Itulah esensi bagi demokrasi yang memberikan ruang pilihan lebih banyak.
“Jika beliau merasa program yang dijalankan selama kepemimpinannya kemarin baik dan tepat sasaran, kemudian di masa kampanye Pilkada menawarkan penyempurnaan program itu, saya yakin pasti bakal menang dengan mudah,” katanya.
Di sisi lain, pilkada dengan calon tunggal membuat tak ada lagi perang visi dan misi. Padahal membandingkan rencana pembangunan setiap pasangan calon lewat program yang ditawarkan akan sangat baik dalam pendidikan politik.
Calon tunggal, sebutnya, sekedar penyampaian visi dan misi tanpa debat kandidat yang mencerdaskan. Masyarakat dihadapkan pada pilihan memilih atau tidak.
“Melawan kotak kosong, tidak ada perang program yang bisa membuat masyarakat mengenal lebih jauh calonnya,” tambah Bakri.
Apalagi dengan salah satu calon yang merupakan petahana, sebut Bakri, kandidat pesaing bisa menjadi tolak ukur apakah program yang sudah dijalankan dan direncanakan nanti itu tepat sasaran atau tidak.
Terkait sikap politik PSI pada Pilkada Kutai Kartanegara, Bakri menyebut masih melakukan konsolidasi internal. Konsolidasi bersama seluruh pengurus tingkat kecamatan bersama kader dan simpatisan akan mengambil sikap dalam waktu dekat.
“Kita masih konsolidasi di internal melalu sejumlah pertemuan untuk membangun gerakan bersama soal sikap kami dalam Pilkada kali ini. Bisa saja kami akan mengkampanyekan kotak kosong,” ujarnya.
Selain pasangan Edi - Rendi, ada pula pasangan Awang Yacoub Luthman - Sukobiono yang mendaftar ke KPU pada tanggal yang sama. Nemun berkas pasangan ini dikembalikan oleh KPU Kukar, lantaran masih belum lengkap.