Asal Balikpapan, Ini Kisah Women International Master Catur Chelsie Monica

SuaraKaltim.id mewawancarai orangtua Chelsie di Perumahan Guntur Asri Jalan S Parman, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Bakat Chelsie sudah terlihat sejak kecil.

Sapri Maulana
Rabu, 24 Maret 2021 | 09:21 WIB
Asal Balikpapan, Ini Kisah Women International Master Catur Chelsie Monica
Chelsie Monica Sihite saat meraih penghargaan pada Sea Games Philippines tahun 2019 [Instagram]

SuaraKaltim.id - Pada pertandingan catur antara GM Irene dengan Dewa Kipas yang disiarkan secara langsung di akun YouTube Deddy Corbuzier kemarin, ada dua sosok pecatur terbaik Indonesia yang hadir sebagai komentator. Salah satunya adalah perempuan asal Balikpapan Chelsie Monica Sihite bergelar Women International Master (WIM).

Chelsie diundang sebagai komentator bukan sebagai orang biasa, kehadiran WIM sebagai komentator pada pertandingan itu mencuri perhatian. Banyak netizen terpesona dengan parasnya.

Di balik pencapaian Chelsie hingga meraih gelar WIM, ada perjuangan luar biasa yang dilalui.

Hal itu terungkap saat SuaraKaltim.id mewawancarai orangtua Chelsie yang saat ini tinggal di Perumahan Guntur Asri, Jalan S Parman, RT 29, Kelurahan Gunung Sari Ulu, Balikpapan Tengah, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Baca Juga:Pelatih Catur Kenang GM Irene Semasa Anak-Anak: Sudah Pintar dan Disiplin

Dikisahkan ibunya, Rumondang Boru Sinaga, sejak anak-anak, sudah tampak bakat bermain catur pada sosok Chelsie.

Di mana saat berusia lima tahun, Chelsie sudah bermain catur dengan cara meniru almarhum ayahnya Abidosner Sihite, saat bermain catur dengan rekannya.

"Awalnya tahu catur dari almarhum ayahnya. Ayahnya hobi catur. Jadi dia punya papan catur kecil. Kalau almarhum main catur, dia juga ikut main, tapi main sendiri menjalankan yang putih dan hitam sekaligus di sebelah ayahnya, persis menirukan langkah ayah dan lawannya," ujar Rumondang, Selasa (23/3/2021) sore.

Dari kebiasaan memainkan catur, meski sekedar main-main, Chelsie cilik pun akhirnya benar-benar bisa bermain catur.

Dia mulai bertanding dengan sang ayah hingga benar-benar mahir. Dan kebiasaan itu terus berlangsung hingga dia duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Baca Juga:Profil Utut Adianto, Sang Legenda Catur Indonesia

Monica, begitu keluarga Chelsie memanggilnya. Dia mulai mengikuti kompetisi pertandingan catur saat duduk di bangku kelas 3 SD. Awalnya sang ibu membaca semacam pengumuman di salah satu koran lokal bahwa akan diadakan pertandingan catur antar sekolah se Kota Balikpapan.

"Selain pengumuman itu, ada juga tercantum nama dan nomor kontak Pak Sutrisno di koran. Anaknya juga atlet catur. Lalu saya telpon dan bilang, 'anak saya bisa main catur, tapi tidak tahu kalau menurut penilaian bapak'," kata ibu berusia 55 tahun ini menirukan percakapannya dengan Sutrisno.

Keesokan harinya, Sutrisno pun datang ke rumah Chelsie bersama anaknya. Dan sore itu diadakan pertandingan catur.

Hasilnya permainan imbang. Tapi saat itu Sutrisno tidak memberi komentar, dan orangtua Chelsie pun menganggap pertandingan itu hanya hiburan bagi anak-anak mereka.

Usai pertandingan itu, satu minggu kemudian Chelsie mengikuti kompetisi catur tingkat pelajar. Dan hasilnya, bungsu dari tiga bersaudara itu berhasil meraih juara pertama putri junior Kejuaraan Catur Junior Antar Pelajar Tingkat SD, SLTP dan SLTA se Kota Balikpapan tahun 2003. Saat itu Chelsie masih berusia 9 tahun.

Setahun kemudian, Chelsie mengikuti Kejuaraan Daerah (Kejurda) Catur Junior Tahun 2004 Kalimantan Timur. Chelsie keluar sebagai juara 2 putri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini