Kekerasan Perempuan dan Anak di Kaltim Tinggi, Dominan Kasus KDRT

Kekerasan perempuan dan anak di Provinsi Kalimantan Timur atau Kaltim cukup tinggi, dominan kasusnya ialah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT.

Tasmalinda
Rabu, 16 Juni 2021 | 14:57 WIB
Kekerasan Perempuan dan Anak di Kaltim Tinggi, Dominan Kasus KDRT
Ilustrasi korban kekerasan seksual, kdrt. (Shutterstock) Kekerasan Perempuan dan Anak di Kaltim Tinggi, Dominan Kasus KDRT

SuaraKaltim.id - Kekerasan terhadap perempuan dan anak di Provinsi Kalimantan Timur cukup tinggi. Sejak 2019 hingga saat ini jumlahnya mencapai 1.386 aduan.

"Jumlah ini berdasarkan data di aplikasi Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA)," ujar Kepala Dinas Kependudukan, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DKP3A) Provinsi Kaltim Noryani Sorayalita di Samarinda dilansir dari ANTARA, Rabu (16/6/2021).

Rincian kejadian kekerasan sebanyak ini berasal dari tahun 2019 sebanyak 629 pengaduan, tahun 2020 ada 612 pengaduan, dan hingga 11 Juni 2021 sebanyak 145 aduan.

Pengaduan didominasi oleh kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) fisik sebanyak 277 kasus pada 2019, sebanyak 255 kasus pada 2020, dan 72 kasus terhitung hingga 11 Juni 2021.

Baca Juga:Kopi Sumsel Bisa Tembus Pasar Eropa, Duta Besar: Penuhi Syarat Indikasi Geografis

Sedangkan pengaduan terbanyak kedua adalah kasus kekerasan seksual, yakni sebanyak 200 kasus pada 2019, kemudian 226 kasus pada 2020, dan 52 kasus terhitung hingga 11 Juni 2021.

"Mengingat banyaknya jumlah kasus yang terjadi, maka diperlukan tenaga pendamping yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan korban kekerasan di daerah," ujarnya didampingi Sekretaris DKP3A Kaltim Eka Wahyuni.

Saat membuat Pelatihan Pendampingan Korban Kekerasan bagi Lembaga Layanan, Eka juga mengatakan bahwa pelatihan bagi pendamping tersebut sangat penting agar mereka memahami tugas dan fungsinya saat menangani kasus tersebut.

Pelatihan ini diikuti sebanyak 30 peserta dari UPTD PPA kabupaten/kota se- Kaltim. Hadir menjadi narasumber adalah Ketua Tim Percepatan Maratua, Meiliana, Kepala Bidang PPPA Junainah, Kabid SIGA Iwan Heriawan dan Psikolog Biro Psikologi Inka Alzena Samarinda Siti Mahmudah I K.

"Diperlukan upaya pendampingan psikologis yang dilakukan oleh psikolog untuk membantu pemulihan korban kekerasaan, makanya dalam pelatihan ini juga kami libatkan psikolog," ujar Eka. (ANTARA)

Baca Juga:Sumsel Memperpanjang PPKM Mikro Hingga Akhir Juni, Begini Kondisi per Kabupaten/Kota

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini