SuaraKaltim.id - Sebuah kuburan yang batu nisannya bertuliskan nama Edy Mulyadi terpampang di Jalan Pangeran Diponegoro, Kelurahan Pelabuhan, Kecamatan Samarinda Kota. Fenomena itu menjadi pemandangan yang unik bagi para pengendara.
Diketahui, nama Edy Mulyadi menjadi viral lantaran statementnya yang mengatakan bahwa pulau Kalimantan adalah 'tempat jin buang anak'. Dengan adanya pernyataan itu, banyak warga Kalimantan yang merasa tersinggung, sehingga banyak aksi yang dilakukan sebagai bentuk protes akan pernyataannya.
Kuburan replika tersebut, didirikan oleh warga dari material tanah dan batu yang tersisa dari perbaikan jalan yang sudah selesai. Material sisa tersebut belum dibersihkan dari badan jalan.
Salah satu warga bernama Rendi (34) mengatakan, kuburan replika tersebut adalah bentuk kekesalan para warga serta protes dari statement yang dilayangkan Edy Mulyadi cs.
"Ini sebagai protes kami warga Samarinda yang tidak terima atas pernyataan Edy, karena dia sudah mengatakan tempat kami (Kalimantan) adalah tempat jin buang anak dan hanya monyet yang tighal di Kalimantan, dan kata-kata itu menyakiti hati kami," ungkapnya saat diwawancarai oleh Suara.com, Kamis (27/1/2022).
Selain itu, salah satu pengendara bernama Abdul (45) juga ikut memberikan tanggapan. Ia menambahkan, dirinya juga baru melihat kuburan tersebut pada pagi hari saat hendak berangkat bekerja.
"Saya sendiri baru lihat pagi ini saat buka toko, enggak tau kapan buatnya, tiba -tiba saja ada kuburan begitu. Sudah gitu ada bunganya begitu," bebernya.
Kendati itu, Abdul memahami maksud didirikannya kuburan tersebut. Sehingga ia hanya tertawa saja saat ditanya oleh awak media.
Namun, ia menghargai bentuk solidaritas masyarakat Samarinda yang berupaya mempertahankan harga diri. Khususnya sebagai warga Kaltim yang juga masuk dari daerah Pulau Seribu Sungai.
Baca Juga:Ruhut Sitompul Soal Edy Mulyadi Dipanggil Polisi: Semoga Segera Jadi Tersangka
"Pasti semua warga Kalimantan merasa kesal dengan statementnya, dan mungkin ini salah satu bentuk kekesalan tersebut," pungkasnya.
Kontributor : Apriskian Tauda Parulian