SuaraKaltim.id - Kelangkaan minyak goreng di Bumi Mulawarman, tentu menjadi pertanyaan besar di masyarakat. Kaltim sendiri termasuk penghasil minyak dari kelapa sawit terbesar di Indonesia. Buku Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021 yang diterbitkan Kementerian Pertanian (Kementan) dan buku Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kelapa Sawit Tahun 2018-2020 memuat informasi soal hal ini.
Di 2019, Kaltim masuk 10 besar penghasil minyak sawit terbesar di Indonesia. Yakni, 3.988.883 ton. Dari keterangan Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim di website resminya https://disbun.kaltimprov.go.id/ menyebutkan, produk perkebunan kelapa sawit di Kaltim hingga saat ini hanya bangga menjadi produsen Crude Palm Oil (CPO) saja. Bahkan, sampai saat ini, belum ada produk turunan CPO yang paling sederhana sekalipun, yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan di Kaltim.
Hal itu amat disayangkan oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kaltim, HM Yadi Robyan Noor. Ia mengatakan, seharusnya Kaltim memiliki 25 pabrik minyak goreng berbahan baku sawit maupun kelapa.
Karena menurutnya, banyaknya industri minyak sawit mentah di Kaltim seharusnya menjadi peluang hal itu bisa terwujud. Ia membeberkan saat ini industri crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah di Kaltim ada 89 pabrik yang aktif dari 97 yang ada.
Baca Juga:Polisi Diminta Telusuri Toko-toko yang Mendadak Pasokan Minyak Gorengnya Melimpah Usai HET Dicabut
"Faktanya pabrik minyak goreng hanya tiga di Kaltim. Ada dua di Balikpapan dan satu di Bontang. Sedangkan, pabrik kemasannya baru satu di Samarinda," ucapnya, melansir dari ANTARA, Kamis (16/3/2022).
Keterbatasan pabrik produksi atau industri minyak goreng ini, bukan semata-mata karena Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kaltim tidak melakukan upaya. Pria yang akrab disapa Roby tersebut mengatakan, semua itu karena produsen CPO saat ini sangat diuntungkan dengan ekspor.
Ia menegaskan, permintaan dunia sangat tinggi dengan harga sangat menguntungkan. Yakni ada kenaikan 145 persen. Sehingga produksi untuk minyak goreng dan kebutuhan lainnya pun tak terkendali.
"Kondisi ini bukan dialami Kaltim saja, tapi luar Kaltim pun merasakan dampaknya. Idealnya kita harus punya 25 pabrik minyak goreng," tegasnya.
Ia mengaku, Pemprov Kaltim menegaskan agar pihak perusahaan perkebunan kelapa sawit juga membangun hilirisasi. Seperti, pabrik minyak goreng.
Baca Juga:Melepas Harga Eceran Minyak Goreng ke Pasar Adalah Kesalahan Fatal
Selanjutnya, ia menjelaskan, stok minyak goreng yang masuk ke Kaltim dalam kurun 14-24 Februari 2022 secara keseluruhan berjumlah 1.674.681 liter atau 1.507,21 ton.
"Minyak goreng itu berada di distributor, toko swalayan pasar tradisional dan pedagang," jelasnya.
Sementara, rata-rata pasokan minyak goreng masuk ke Kaltim pada 14-24 Februari lalu adalah 118.762 liter atau 106,8 ton per hari. Lalu, kebutuhan harian minyak goreng Kaltim sebesar 15,06 ton per hari.
Artinya, untuk kebutuhan masyarakat seharusnya terpenuhi. Karena itu, masyarakat diminta untuk tidak panik dan tak berlebihan membeli minyak goreng.
"Pabrik minyak goreng resmi selalu koordinasi dengan Disperingdagkop dan UKM Kaltim. Pabrik yang ada, yakni Balikpapan ada Kutai Refinery Nusantara dan Louis Dreyfus Company. Sedangkan di Bontang hanya Energi Unggul Persada," tandasnya.