SuaraKaltim.id - Belum lama ini Indonesia mengumumkan penemuan kasus pertama cacar monyet atau monkeypox. Pasien tersebut dikabarkan tinggal di Jakarta dan sebelumnya melakukan perjalanan ke luar negeri.
Mengetahui hal ini tentu memicu rasa khawatir di tengah masyarakat. Tak terkecuali di Kota Banjarbaru. Terkait hal itu, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Diskes) Banjarbaru, dr Budi Simanungkalit mengatakan, masyarakat Kota Banjarbaru tidak perlu khawatir, karena penularan cacar monyet jauh lebih sulit apabila dibandingkan Covid-19.
“Monkeypox adalah penyakit langka dan penularannya ini cukup sulit. Jadi masyarakat di luar Jakarta khususnya Banjarbaru jangan khawatir, terus patuhi prokes dan kebersihannya dijaga,” ujarnya, melansir dari KanalKalimantan.com--Jaringan Suara.com, Rabu (24/8/2022) siang.
Dijelaskan olehnya, penyakit cacar monyet dapat menular melalui kontak erat dengan hewan, manusia, atau benda yang terkontaminasi virus monkeypox.
Baca Juga:Dinas Kesehatan Sulsel: Pasien Suspek Cacar Monyet Bertambah Satu Orang
“Di antaranya adalah cairan tubuh, air liur, darah, lesi kulit, dan bagian lainnya,” sebutnya.
Budi mengaku, pihaknya sudah membuat surat edaran untuk semua Puskesmas dan fasilitas kesehatan di Banjarbaru agar menjadi perhatian atau skrining para pasien yang mengarah ke penyakit itu.
“Artinya gejala-gejala yang mirip cacar itu harus ditangani dengan ketat. Sementara itu dulu, karena dari pusat belum ada surat edaran terbaru terkait penyakit ini,” ucapnya.
Penyebab cacar monyet ini dikatakan bukanlah seperti namanya, melainkan dari hewan pengerat. Namun, pertama kali ditemukan dari hewan monyet di Denmark tahun 50, tahun 70. Sedangkan lanjutnya, pada manusia di 2002, lalu kasus di Amerika pada 2003.
Terkait vaksin untuk cacar monyet, kata Budi, masih belum dilaksanakan karena tidak ditemukan penyebaran yang masif atau cepat dan tidak menggangu tatanan sistem masyarakat.
Baca Juga:Antisipasi Sebaran Cacar Monyet, Bandara Ngurah Rai Pasang 6 Pemindai Suhu