Kalimantan Timur Jadi Fokus Pelestarian Budaya, Ini Alasannya

Kegiatan ini merupakan bentuk dari keseriusan pemerintah, khususnya dalam memajukan kebudayaan.

Denada S Putri
Jum'at, 27 September 2024 | 15:59 WIB
Kalimantan Timur Jadi Fokus Pelestarian Budaya, Ini Alasannya
Hetifah Sjaifudian saat memberikan sambutan dalam kegiatan Sosialisasi Pelindungan Kebudayaan. [Suara.com/Denada S Putri]

SuaraKaltim.id - Dalam melindungi kebudayaan daerah di tengah gempuran masuknya budaya-budaya dari luar, Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menggelar sosialisasi pelindungan warisan budaya, dengan judul Sinergi Program Pelindungan Kebudayaan “Ekosistem Kebudayaan, Memajukan Bangsa”.

Acara tersebut berlangsung di Swiss-Belhotel Borneo Samarinda, Kamis 26 September 2024 pagi, yang dihadiri oleh Ditjebud Kemendikbudristek, Disdikbud Kalimantan Timur (Kaltim), Disdibud Samarinda, Dispar Samarinda, dan sejumlah perguruan tinggi.

Hetifah, mengatakan kepada awak media, kegiatan ini merupakan bentuk dari keseriusan pemerintah, khususnya dalam memajukan kebudayaan. Khususnya di Provinsi Kaltim yang sekarang menjadi pusat peradaban.

“Kami juga mendengar ada Upaya dan terus dikembangkan, khususnya pelindungan kebudayaan,” katanya.

Baca Juga:Dalam Ancaman Karhutla, BMKG Pantau 57 Titik Panas di Kaltim

Lebih lanjut, dirinya menerangkan, adanya ruang publik menjadi salah satu wadah untuk masyarakat dalam melestarikan kebudayaan itu sendiri. Mengingat keterbukaan informasi yang mudah diakses, sehingga munculnya alkuturasi budaya.

“Jangan sampai jadi ibu kota adanya alkulturasi, malah kebudayaan kita sendiri tergerus. Justru kita tidak ragu-ragu lagi untuk menunjukkan kebudayaan lokal kita kepada masyarakat secara luas,” jelasnya.

Di tempat yang sama, Direktur Pelindungan Kebudayaan Ditjenbud Kemendikbudristek, Judi Wahjudi menambahkan, secara undang-undang dasar kebudayaan berbasi dari partisipasi. Sehingga semua sektor dan elemen masyarakat ikut andil.

“Karena itu milik semua, pemerintah sebagai fasilitator. Karena komponen kebudayaan itu sangat luas, mudah-mudahan dengan kegiatan ini bisa mengidentifikasi ekosistem yang ada,” tambahnya.

Ke depan, permasalahan kebudayaan tidak saja menjadi tanggungjawab di bidang kebudayaan itu sendiri, melainkan seluruh instansi atau lembaga.

Baca Juga:UMKT Rayakan Milad ke-7 dan Tutup Masta Maba dengan 3.292 Mahasiswa Baru

“Pelan-pelan merubah mindset, kebudayaan itu milik masyarakat program yang tersebar dari opd-opd. Insyallah anggaran, wadah dan lainnya bisa dilaksanakan. Karena sifatnya gotong royong itu rohnya bangsa kita,” harapnya.

Hal senada pun juga diserukan oleh Kabid Kebudayaan Disdikbud Samarinda, Barlin Hadi Kusuma, pihaknya pada saat ini telah mencatat sebanyak 200 lebih lembaga adat yang ada di Kota Samarinda yang terdiri dari berbagai macam suku.

Kemudian, pihaknya juga siap memberikan sejumlah fasilitas seperti ruang publik, festival dan acara lainnya untuk dapat melestarikan warisan budaya itu sendiri.

“Karena Samarinda visinya menjadi kota pusat perdaban, ini salah satunya. Melibatkan semuanya, tidak hanya dibidang infrastruktur saja, tetapi bagaimana semua masyrakat bisa ikut terlibat serta berpartisipasi,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini