Dari DPR ke Medsos, Celetukan Rudy Masud yang Jadi Bumerang

Syaiful menyoroti, di era digital yang sangat masif, media sosial bukan lagi sekadar platform hiburan, tetapi juga sarana komunikasi dan penguatan legitimasi kepemimpinan.

Denada S Putri
Kamis, 01 Mei 2025 | 22:04 WIB
Dari DPR ke Medsos, Celetukan Rudy Masud yang Jadi Bumerang
Kolase foto Rudy Mas'ud dan Dedi Mulyadi. [Ist]

SuaraKaltim.id - Pernyataan Gubernur Kalimantan Timur, Rudy Mas’ud, yang menjuluki Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebagai “Gubernur Konten” dalam forum resmi DPR RI memantik perdebatan publik, khususnya di media sosial.

Ungkapan tersebut disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi II DPR RI di Senayan, Jakarta, Selasa, 29 April 2025 dan segera viral.

"Seluruh gubernur yang hadir hari ini. Kang Dedi, Gubernur Konten. Mantap, nih, Kang Dedi dan seluruh pejabat eselon I Kemendagri yang hadir," ucap Rudy Mas’ud saat itu.

Respons Dedi Mulyadi tak kalah mencuri perhatian. Ia menanggapi dengan santai dan menegaskan bahwa aktivitasnya di media sosial memberi dampak langsung pada efisiensi anggaran.

Baca Juga:Rp 28 Miliar untuk Jalan Perbatasan: Akses Long BagunApau Kayan Dikebut

"Dan terakhir tadi Pak Gubernur Kaltim mengatakan Gubernur Konten. Alhamdulillah dari konten yang saya miliki itu bisa menurunkan belanja rutin iklan," kata Dedi.

Di tengah era digital, pernyataan tersebut menjadi sorotan karena menyentuh aspek strategis dalam kepemimpinan: komunikasi publik.

Banyak kepala daerah kini membangun citra dan menyampaikan kerja lewat kanal digital, namun tidak semuanya mampu menyeimbangkan antara pencitraan dan dampak nyata.

Pengamat Politik Universitas Mulawarman, Syaiful Bachtiar, menilai pernyataan Rudy bisa menimbulkan beragam penafsiran di masyarakat.

"Kata konten di sini bisa ditafsirkan negatif maupun positif. Karena kalau gubernurnya ngonten, bisa jadi persepsi masyarakat kerjanya cuman ngonten aja," sebutnya, dikutip dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Kamis, 1 Mei 2025.

Baca Juga:Pemprov Kaltim dan Kaltara Bersatu Bangun Jalan Perbatasan Sepanjang 142 Km

Syaiful menyoroti, di era digital yang sangat masif, media sosial bukan lagi sekadar platform hiburan, tetapi juga sarana komunikasi dan penguatan legitimasi kepemimpinan.

Ia menilai pendekatan Dedi yang kerap blusukan dan terlibat langsung dalam persoalan masyarakat menjadi bentuk komunikasi yang kuat dan kontekstual.

"Kalau kita lihat kan pola kontennya Gubernur Jabar Dedi Mulyadi itu blusukan. Rata-rata turun ke masyarakat, memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang terjadi di wilayahnya. Secara kontekstual, sangat kontras dengan Gubernur Kaltim," ujarnya.

"Jika kita lihat Gubernur Kaltim ini kan karakternya pengusaha serta lebih dekat dengan kemewahan, ini masih belum menyentuh masalah utama masyarakat Kaltim," tambah Syaiful.

Bagi Syaiful, sorotan publik di media sosial atas celetukan Rudy bisa menjadi refleksi penting.

Menurutnya, masyarakat semakin menuntut figur pemimpin yang tidak hanya tampil, tapi juga menyentuh problem rakyat secara langsung.

"Masyarakat justru lebih relevan melihat pemimpinnya bekerja hingga menyentuh rakyat kelas bawah. Yang berarti konteksnya adalah pemimpin yang memperhatikan rakyat kecil," tuturnya.

Kolase foto Dedi Mulyadi dan Rudy Mas'ud. [Ist]
Kolase foto Dedi Mulyadi dan Rudy Mas'ud. [Ist]

Ketika Gubernur HARUM Menjadi Kurang Harum Gegara Celetukan di Senayan

Mantan Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi memberikan tanggapan terkait Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) Rudy Mas'ud yang menyebut Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi sebagai "Gubernur Konten".

Dalam catatan opininya yang dikutip dari kaltimtoday.co--Jaringan Suara.com, Rizal Effendi membuka dengan menyebut Rudy Mas'ud yang biasa dipanggil dengan Gubernurm HARUM, akronim dari Haji Rudy Mas'ud, kini namanya tak harum di Jabar. Hal itu lantaran sejumlah netizen dari sana menyerang Rudy.

Penyerangan itu bukan karena kebijakan daerah, melainkan celetukan Rudy Mas'ud di Senayan yang menyentil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Dalam Rapat Kerja dan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi II DPR RI di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa  29 April 2025, Rudy menyebut Kang Dedi Mulyadi—sapaan akrab Gubernur Jabar—sebagai “Gubernur Konten.”

Ucapan itu sontak menuai reaksi keras dari netizen Jabar.

RDP yang juga dihadiri Wakil Menteri Dalam Negeri Ribka Haluk dan kepala daerah dari seluruh Indonesia tersebut membahas penyelenggaraan pemerintahan daerah, dana transfer pusat ke daerah, pengelolaan BUMD dan BLUD, serta kepegawaian.

Dalam kesempatan itu, Rudy yang mantan anggota Komisi III dan VII DPR RI sempat melontarkan candaan saat menyapa para gubernur.

“Terima kasih seluruh gubernur yang hadir hari ini. Kang Dedi, gubernur konten. Mantap nih Kang Dedi ini,” ucap Rudy sambil tersenyum dan mengarahkan pandangan ke arah KDM, dikutip dari sumber sama, Rabu, 30 April 2025.

Respons pun datang dari Dedi. Dalam giliran berbicara, ia menyampaikan bahwa konten media sosial justru menghemat anggaran promosi pemerintah provinsi.

“Alhamdulillah, dari konten yang saya miliki itu bisa menurunkan belanja rutin iklan. Biasanya Rp50 miliar, sekarang cukup Rp3 miliar tapi viral terus,” ujar KDM sambil tersenyum ke arah Rudy.

Seperti diketahui, Dedi memang aktif di media sosial dan kerap mengunggah kegiatan blusukan, interaksi langsung dengan warga, hingga debat terbuka dengan pelajar seperti kasus siswi SMA dari Bekasi, Aura Cinta, yang menyoroti kebijakan pelarangan wisuda sekolah.

Gaya ceplas-ceplos KDM menuai banyak simpati dan dinilai sebagai wujud pemimpin yang merakyat.

Namun tak sedikit pula yang menganggap aktivitas KDM di medsos merupakan bagian dari strategi pencitraan menjelang Pilpres 2030, mirip gaya blusukan Presiden Jokowi di masa awal kepemimpinannya.

Netizen Geram, Serang Akun Pribadi hingga Pemprov Kaltim

Pernyataan Rudy langsung viral. Ribuan komentar membanjiri berbagai platform media sosial, sebagian besar bernada protes. “Bro ini emang belum bisa setinggi bapak aing. Jadi biasanya agak iri dengki. Maaf, fakta,” tulis akun @ynsryna.

Unggahan pribadi Rudy bahkan ikut jadi sasaran. Ketika Rudy mengunggah fotonya menerima penghargaan Top Pembina BUMD 2025, netizen menyindir: “Dilantik 20 Februari, 29 April dapat penghargaan. Kerja baru dua bulan dapat penghargaan,” tulis akun @abizar_zayan_al_farabi.

Acara pembukaan turnamen golf Gubernur Cup 2025 di Balikpapan pun tak luput dari kritik. “Kerja pak, kerjaaa. Bukan malah turun ke lapangan golf,” kata akun @indahchayank.

Sorotan bahkan meluas ke penampilan Rudy. “Ikat pinggang aja LV… sungguh mencintai produk China. Menyala, Pak,” sindir akun @evrinald_.

Istri Rudy, Syarifah Suraidah, juga ikut terseret. “Tolong bilangin sama suami ibu jangan suka nyinyir orang lain,” kata akun @anakdesaa70.

Akun resmi Pemprov Kaltim juga kecipratan. “Urus Kalimantan dengan baik… sumber daya alam dikeruk habis, berani ngga ngonten soal itu?” tulis akun @biawq652.

Namun, ada pula suara yang membela. “Di video lengkap, Pak Gub Kaltim memuji kok. Mudah-mudahan bisa kolaborasi konten bareng nanti,” kata akun @bungarengganis.

Tokoh Kalimantan Minta Rudy Klarifikasi

Dampak celetukan Rudy bahkan meluas ke luar Jawa. Anang Rosadi Adenansi, tokoh muda Kalimantan Selatan dan putra wartawan senior Anang Adenansi, ikut menyampaikan kekecewaannya.

“Saya merasa tidak nyaman dan malu. Saya minta Gubernur Rudy mengklarifikasi ucapannya,” kata Rosadi dalam video yang juga beredar luas.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Rudy Mas’ud soal reaksi publik atas pernyataannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini