SuaraKaltim.id - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalimantan Timur (Kaltim) menilai daya tahan ekonomi daerah masih terjaga berkat peran sektor sekunder, meski sektor primer menunjukkan tanda perlambatan.
Pada triwulan II 2025, ekonomi Kaltim tercatat tumbuh 4,69 persen secara tahunan (year-on-year), dengan nilai produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 221,77 triliun.
Sementara PDRB atas dasar harga konstan senilai Rp 147,96 triliun.
Hal itu disampaikan Kepala BI Kaltim, Budi Widihartanto, Jumat, 15 Agustus 2025.
Baca Juga:Lebih dari Sekadar Mahkota: Perjalanan Rinanda dari Kaltim ke Puteri Indonesia
"Meski pertumbuhan ekonomi Kaltim lebih rendah ketimbang rata-rata regional Kalimantan, namun Kaltim masih memegang pangsa PDRB terbesar se-Kalimantan, didorong oleh sektor sekunder di tengah pelemahan sektor primer," ujar Budi disadur dari ANTARA, Minggu, 17 Agustus 2025.
Budi menjelaskan, industri pengolahan menjadi penopang utama, khususnya melalui produksi pupuk, crude palm oil (CPO), dan bahan kimia.
Selain itu, sektor pertanian juga menunjukkan kinerja positif berkat panen hortikultura dan meningkatnya produksi tandan buah segar (TBS) yang ditopang curah hujan optimal.
Dari sisi perdagangan luar negeri, ekspor masih menjadi motor utama dengan kontribusi sekitar 40 persen terhadap PDRB.
Batu bara mendominasi dengan porsi lebih dari 60 persen, di mana China menjadi pasar terbesar disusul India.
Baca Juga:99 ASN Kaltim Raih Satyalancana Karya Satya, Bukti Pengabdian Tanpa Cacat Disiplin
Posisi itu menempatkan Kaltim di peringkat kelima nasional untuk ekspor nonmigas, dan ketiga untuk ekspor migas.
"Walaupun pada triwulan II 2025, pertumbuhan ekonomi Kaltim tercatat di bawah nasional dan regional, namun tetap lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha pertanian, serta ekspor," tambah Budi.
Secara makro, BI mencatat pertumbuhan ekonomi Kaltim periode 2023–2024 bahkan sempat melampaui nasional dan regional Kalimantan, didorong oleh masifnya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).