SuaraKaltim.id - Psikolog Klinis Isfandiya Maulidina mengingatkan agar masyarakat lebih bijak dalam memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk keperluan emosional atau curahan hati.
Menurutnya, meskipun teknologi ini menawarkan respons cepat dan tidak menghakimi, penggunaannya tidak bisa disamakan dengan bantuan profesional.
Hal itu disampaikannya saat berada di Samarinda, Jumat, 11 Oktober 2025.
"Sebenarnya (curahan hati ke AI) solusi cepat, tapi belum tentu sesuai kebutuhan kita," katanya, disadur dari ANTARA, Selasa, 14 Oktober 2025.
Baca Juga:Tokoh Kaltim Ingatkan DPRD: Hati-hati Bicara di Media Sosial
Isfandiya menjelaskan, sebagian orang merasa lebih aman bercerita kepada AI karena sifatnya yang instan dan anonim.
Namun, jika dilakukan terus-menerus, kebiasaan ini justru bisa menimbulkan ketergantungan emosional dan memperburuk kondisi mental pengguna.
"Seorang psikolog tidak hanya mendengar, tetapi juga mengaitkan benang merah kehidupan klien dari masa lalu, kepribadian, pola asuh, hingga pengalaman traumatis yang tidak terbaca oleh AI," jelasnya.
Ia menilai, AI tidak memiliki kemampuan memahami konteks kehidupan seseorang secara mendalam, melainkan hanya merespons berdasarkan teks yang diberikan.
Ketergantungan berlebihan pada teknologi ini juga dikhawatirkan membuat individu semakin tertutup terhadap lingkungan sosial dan kehilangan kepekaan terhadap sesama.
Baca Juga:BK DPRD Kaltim Panggil Anggota Dewan AG, Diduga Langgar Etika di Media Sosial
"Batasannya adalah ketika masalah sudah memengaruhi fisik, seperti sakit kepala, sulit tidur, hingga psikosomatis, maka individu tersebut memerlukan bantuan tenaga profesional," ujar Isfandiya.
Karena itu, ia menegaskan bahwa AI sebaiknya hanya digunakan sebagai dukungan awal atau sarana refleksi ringan, bukan sebagai pengganti psikolog atau psikiater dalam menangani masalah kesehatan mental yang kompleks.